Sinabung Masih Siaga
Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Armen Putra, hingga Senin (16/9) sore, gempa vulkanik yang terjadi memang tak sebanyak sehari sebelumnya, dimana tercatat hingga pukul 12.00 WIB gempa terjadi sebanyak 13 kali.
Meski begitu pihaknya masih terus mempelajari dan memantau perkembangan Gunung Sinabung. “Meski volume dan tremornya sudah berkurang, tapi kita masih tetapakan status siaga bagi radius 3 Km. Ini harus dipelajari secara terus menerus, apalagi gunung ini punya keunikan,” ujar Armen. Keunikan yang dimaksud adalah, bisa meletus secara tiba tiba (explosive).
Ini jelas berbeda dengan gunung berapi lain di Indonesia yang bisa diperkirakan waktu meletusnya. Tapi, karena Sinabung termasuk dalam kelas gunung yang tak besar, letusan yang mengeluarkan bola pijar dan awan panas biasanya hanya mengenai radius 2 Km. Hal senada juga dikatakan Plt Kaban Kesbang Pol dan Linmas Kab Karo, Ronda Tarigan. Dalam keterangannya, Pemkab Karo tetap akan melaksanakan operasi tanggap bencana melalui pengelolaan pengungsi yang berada di beberapa tempat, seperti Berastagi, Kabanjahe dan Kec. Payung.
“Meski volume letusannya menurun, tapi para pengungsi belum diperbolehkan pulang, kita harapkan agar pengungsi dan masyarakat luas mengikuti arahan Pemkab Karo,” tegas Tarigan.
Sejauh ini, sejak Senin pagi debu vulkanik yang sebelumnya menerpa Berastagi mulai berkurang. Kini hanya sisa-sisa debu vulkanik yang tertinggal di atap-atap rumah warga, pohon dan areal terbuka bebas. Sedang sisa asap berembus ke arah timur laut. Melewati sejumlah desa yang berada di Kec. Naman Teran. Desa Sukandebi termasuk yang paling parah dilanda abu vulkanik. Desa ini sebenarnya relatif jauh dari gunung, namun karena menjadi lintasan abu, maka sebagian besar warganya juga sudah mengungsi.
Sementara di lokasi terpisah, sebanyak 1.560 jiwa pengungsi yang sebelumnya menempati Jambur Taras Rumah Berastagi terpaksa dipindah lagi ke tiga lokasi berbeda. Pemindahan ini dilakukan karena jambur tersebut mau dipergunakan sebagai tempat pesta adat. Perpindahan ini berlangsung sesuai kesepakatan antara pengelola jambur dengan pemerintah.
Di mana sebelumnya, saat pertama ditampung di sana, pengelola jambur Taras Rumah Berastagi telah menegaskan kalau pengungsi hanya bisa sementara waktu mengisi jambur, karena jauh hari sebelumnya telah ada jadwal pemakaian dalam rangka pesta perkawinan.
"Kami sudah deal dari awal karena memang sudah ada yang menyewa ini untuk Selasa (17/9), namun kami pun tak akan tinggal diam membantu mereka di tempat yang baru," ujar Naksir Purba, pengelola Jambur Rumah Berastagi.
Koordinator Penampungan Pengungsi Berastagi, Edison Karo-Karo pun tak menampik kalau telah ada kesepakatan sejak mula. Karo-Karo juga menyebutkan para pengungsi asal 13 desa itu dipindah ke tiga tempat, yakni Gedung KWK dan Kantor Klasis GBKP Jl. Udara Berastagi serta ke Masjid Istihrar.
Edison juga mengatakan jika semua pengelolaan pengungsi tetap berjalan seperti semula , hanya lokasi saja yang dialihkan. Di tempat yang baru juga pihaknya telah menyiapkan fasilitas umum yang penting bagi pengungsi. Khusus di Masjid Istihrar tambah koordinatornya, Kasman Sembiring jumlah pengungsi sebanyak 174 jiwa, disini mereka mengisi kamar kamar bangunan baru di masjid yang berlokasi di Jl. Perwira Berastagi itu.(nang/fer/roy/deo/sam/jpnn)
SIMPANG EMPAT- Ribuan pengungsi korban letusan Gunung Sinabung mengeluhkan kurangnya sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) di lokasi penampungan. Keterbatasan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Longsor di Karo, 9 Orang Meninggal Dunia, Satu Hilang
- Jalan Utama Penghubung Riau-Sumbar Macet Total, Ternyata Ini Penyebabnya
- Alhamdulillah, Warga Cikaret Kini Miliki Trafo PLN, Aliran Listrik Makin Stabil
- Jembatan Sungai Rokan Miring, Kendaraan Berat Dilarang Melintas
- Masa Cuti Kampanye Berakhir, Aep Syaepuloh Kembali Jabat Bupati Karawang
- Disapu Banjir Bandang, 10 Rumah di Tapsel Sumut Hanyut