Singapura, AS dan Uni Eropa Mulai Fokus pada Obat COVID, Australia Diminta Tidak Ketinggalan
Australia dikhawatirkan akan ketinggalan bila tidak segera mengamankan pasokan obat COVID di saat negara lain mulai mengalihkan fokusnya dari vaksinasi ke obat-obatan.
Raksasa farmasi GlaxoSmithKline (GSK), yang telah mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Singapura untuk memasok satu jenis obat yang menjanjikan, menyatakan sikap Pemerintah Australia belum jelas soal pembelian obat dari mereka.
Saat ini hanya ada satu jenis obat yang telah digunakan secara luas untuk pasien COVID di berbagai negara, yaitu steroid yang disebut Dexamethasone, yang mengobati radang paru-paru.
Namun, obat ini hanya efektif pada pasien yang menderita gejala parah dan menerima bantuan oksigen.
Para pakar kesehatan mengatakan rencana Australia keluar dari pandemi dan memperlakukan COVID sebagai flu biasa, tentunya memerlukan obat-obatan, khususnya untuk mengatasi gejala yang ringan namun lebih menular.
Associate Professor Steven Tong adalah peneliti di Doherty Institute, sekaligus ketua Australasian COVID-19 Trial (ASCOT), yang mengevaluasi perawatan pasien COVID.
Menurutnya, meskipun proporsi populasi yang telah divaksinasi cukup tinggi, tapi akan selalu ada pasien yang berakhir di rumah sakit.
"Jadi untuk kelompok masyarakat seperti itu, kita sangat membutuhkan obat sehingga bisa mengurangi risiko mereka terkena penyakit yang sangat parah," kata
Australia dikhawatirkan akan ketinggalan bila tidak segera mengamankan pasokan obat COVID di saat negara lain mulai mengalihkan fokusnya dari vaksinasi ke obat-obatan
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan