Singgih Kartono Gerakkan Desa lewat Desain Sepeda Bambu
Yakin Bisa Ikuti Wooden Radio yang Mendunia
Betapa tidak, dari satu batang bambu yang banyak tumbuh di sekitar desanya, bisa dihasilkan sekitar sepuluh rangka (frame) sepeda. Ketika dijual dalam bentuk lonjoran, satu batang bambu umumnya hanya dihargai Rp 100 ribu. Namun, begitu mendapat sentuhan teknis dan estetis, satu frame sepeda bambu karya Singgih bisa laku hingga Rp 3 juta.
Saat ini sejumlah jaringan dan rekanan Singgih di beberapa negara sudah menyatakan kesiapan menjadi distributor. Rencananya, bulan depan pengiriman perdana ke luar negeri dilakukan. ”Bisa dibayangkan penambahan nilainya. Apalagi, ini nanti dibuat handmade yang otomatis bisa menyerap tenaga kerja banyak,” katanya.
Secara teknis, sepeda bambu karya Singgih relatif berbeda dengan yang sudah ada. Karya Singgih menggunakan teknik belah tangkup yang mengadopsi sistem pemanfaatan bambu untuk usuk atap rumah. Kelebihannya, selain bisa tampil lebih estetis, optimalisasi penggunaan bambu lebih besar karena tidak perlu memilih-milih ukuran bambu yang pas.
Bersamaan dengan rancangan bisnis yang dibuat, Singgih sudah menyiapkan sejumlah nilai plus sepeda bambu karyanya, yaitu upaya redistribusi populasi. Lewat berbagai gerakan yang terus diintensifkan, gerakan revitalisasi sepeda bambunya bisa menarik sebanyak-banyaknya orang untuk kembali ke desa.
”Potensi desa ini luar biasa. Sayang sekali kalau tidak dioptimalkan. Ayo, jangan ragu-ragu untuk membangun desa kita,” ajaknya. (*/c9/ari)
Sukses dengan wooden radio (radio kayu), Singgih Kartono kembali melahirkan karya inovatif berbahan bambu: sepeda bambu. Dengan sepeda itu, pria
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala