Siram Bensin

Oleh Dahlan Iskan

Siram Bensin
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Namun ia memang ahli hukum yang hebat. Ia akan membuat sejarah baru di Amerika: memenangkan capres yang sudah kalah. Sekaligus ia memberikan contoh hidup secara bukan Amerika.

Sejak mahasiswa saya selalu membanggakan tradisi demokrasi di Amerika: yang kalah segera menelepon yang menang. Sebagai tanda menerima kekalahan dengan gentleman. Sekaligus mengucapkan selamat atas kemenangan lawannya.

Diskusi-diskusi demokrasi di kalangan aktivis mahasiswa selalu menceritakan tradisi yang sangat Amerika itu. Pun Al Gore. Malam itu, di tahun 2000, ia sudah mengucapkan selamat pada George Bush, padahal suara penentu masih dihitung.

Memang Al Gore sempat menggugat kekalahannya yang hanya 600-an suara. Namun kemudian juga langsung mengaku kalah.

Al Gore, capres dari Demokrat itu, memang pernah menggugat. Namun Al Gore akhirnya bikin putusan di luar pengadilan: mengakui kemenangan George W. Bush dan mengucapkan selamat padanya.

Tahun 2020 ini Trump tidak hanya kalah tipis. Kekalahannya terjadi di lima negara bagian penentu: yang empat tahun lalu ia menang.

Sebaliknya tidak satu pun negara bagian yang dulu ia kalah kini ia menang. Sudah seperti itu pun Trump masih akan menggugat.

Belum lagi secara ''suara nasional'' pun Trump juga kalah. Tetap saja masih menggugat.

Memang banyak orang punya prinsip begini: menjadi teman presiden lebih enak daripada menjadi bawahannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News