Sisi Lain Backpacker di Australia: Dibayar Murah, Digerayangi Sejak Hari Pertama
Pada tahun 2015, Pemerintahan PM Tony Abbott memutuskan jika para 'backpacker' yang mengajukan perpanjangan visa tahun kedua, harus memberikan bukti remunerasi, biasanya dalam bentuk slip gaji.
Upaya ABC selama tujuh bulan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang dideteksi oleh pemeriksaan Depdagri tidak berhasil.
Depdagri hanya menyatakan pihanya tidak memiliki dokumen yang merangkum data tentang skala pembayaran yang kurang. Mereka, katanya, melihat setiap permohonan sebagai kasus tersendiri.
Namun ABC dapat mengungkapkan bahwa Depdagri bisa menolak untuk memberikan visa kepada 'backpacker' yang kerja di sektor pertanian selama 88 hari dan dibayar rendah oleh bos mereka.
"Persyaratan ini mulai berlaku pada 2015 untuk mencegah pekerja WHV menerima pekerjaan dengan kondisi eksploitatif demi memenuhi syarat untuk visa berikutnya," kata seorang juru bicara.
Photo: Alison Rahill mengaku prihatin dengan pelecehan seksual yang dialami pekerja di sektor pertanian. (ABC News: Bryan Milliss)
Alison Rahill dari Satgas Anti Perbudakan Keuskupan Agung Katolik Sydney menilai Depdagri justru meletakkan tanggung jawab pada korban.
"Sangat tidak adil bila pekerja dibayar lebih rendah dari upah minimum kemudian mereka juga tak mendapatkan perpanjangan visa gara-gara mereka menerima pembayaran rendah tersebut," katanya.
Setelah bekerja selama dua bulan di sebuah usaha pertanian di Queensland, Elin cuma bisa mendapatkan penghasilan sebesar $70, atau sekitar Rp700 ribu
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing
- Dunia Hari Ini: Australia Terbangkan Warganya Keluar Vanuatu
- Pemakai Narkoba di Indonesia Kemungkinan Akan Dikirim ke Rehabilitasi, Bukan Penjara
- Dunia Hari Ini: Terpidana Mati Kasus Narkoba Mary Jane Dipulangkan ke Filipina
- Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan