Sisi Lain Backpacker di Australia: Dibayar Murah, Digerayangi Sejak Hari Pertama

Laporan Australian Fresh Produce Alliance menyebutkan bila insentif bagi para 'backpacker' yang bekerja di sektor pertanian dihilangkan, hal itu dapat menimbulkan kerugian $13 miliar, $6,3 miliar di antara di sektor pertanian.
Dengan adanya pembatasan perjalanan akibat COVID-19 saat ini, para 'backpacker' yang masih berada di Australia ditawari untuk memperpanjang visa dengan syarat bekerja di sektor produksi makanan dan pertanian.
Petani bluberi dan rasberi di Tasmania, Greg McCulloch, mengatakan industri ini sangat bergantung pada pekerja asing.
Selama 15 tahun bertani, Greg mengaku tidak seorang pun warga lokal yang datang mencari kerja ke tempatnya. Padahal tingkat pengangguran di sana terbilang tinggi.
Padahal hasil kebunnya setiap saat perlu dipanen.
"Kita harus memetik hasil panen ini dan mendapatkan pekerja yang bisa melakukannya," katanya.
Greg mengaku pengalamannya dengan para 'backpacker' sangat bagus, namun dia menyadari ada masalah dalam industri ini
Setelah bekerja selama dua bulan di sebuah usaha pertanian di Queensland, Elin cuma bisa mendapatkan penghasilan sebesar $70, atau sekitar Rp700 ribu
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya