Sisi Lain Backpacker di Australia: Dibayar Murah, Digerayangi Sejak Hari Pertama

Sisi Lain Backpacker di Australia: Dibayar Murah, Digerayangi Sejak Hari Pertama
Elin worked on an Australian farm. (ABC News: Paul Yeomans)
Sisi Lain Backpacker di Australia: Dibayar Murah, Digerayangi Sejak Hari Pertama

 

Salah satu surat menyebutkan: "Narasi kita soal masalah pekerja migran saat ini adalah prioritas FWO, kita tawarkan bantuan yang sesuai dan fokus mendorong pekerja migran agar mau menghubungi kita untuk bantuan dan mencoba menghilangkan hambatan yang menyebabkan mereka enggan menghubungi kita. Data dan informasi pendukung dalam tanggapan (terhadap surat ABC) tidak menunjukkan hal-hal ini."

"Saya memahami kekhawatiran Anda dan berpikir kita perlu berusaha lagi memastikan informasi yang dirilis lebih konsisten dengan narasi seputar pekerja migran," bunyi email lainnya.

"Saya menjanjikan untuk memberikan info kepada jurnalis ABC pada hari Jumat, jadi biar kita hapus dokumen itu dan hanya memberikan data terbatas serta penjelasan yang tidak kontroversial, tentunya akan lebih baik daripada tidak menjawab," kata salah satu email.

Juru bicara FWO menyatakan kunjungan ke perkebunan yang dalam laporan 2018 soal adanya pelanggaran, kini telah menunjukkan adanya perbaikan.

"Sementara penyelidikan terus dilakukan, para pengawas (FWO) mencatat adanya peningkatan dalam jumlah perjanjian kerja borongan yang ditandatangani para pekerja, serta peningkatan dalam pencatatan, terutama pada perusahaan-perusahaan besar," katanya.

Program Visa Liburan Kerja (WHV) selama ini dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri Australia.

Depdagri yang menilai apakah syarat kerja di sektor pertanian yang dilakukan 'backpacker' memenuhi kriteria untuk mendapatkan perpanjangan visa.

Setelah bekerja selama dua bulan di sebuah usaha pertanian di Queensland, Elin cuma bisa mendapatkan penghasilan sebesar $70, atau sekitar Rp700 ribu

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News