Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Lebih Berdimensi Politik Masa Depan
jpnn.com, JAKARTA - Partai Golkar menjadi inisiator pertemuan sejumlah elite partai politik untuk menyampaikan sikap bersama terkait penolakan wacana sistem proporsional tertutup diberlakukan kembali.
“Ini ada kepentingan bersama terkait dengan kedaulatan rakyat dan ini bukan hanya dirasakan Partai Golkar, tetapi oleh seluruh partai peserta pemilu,” tegas Ketum Golkar Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu.
Sebanyak 8 parpol berkomitmen mendukung sistem pemilu proporsional terbuka, mengecualikan PDIP yang mendukung sistem proporsional tertutup.
Pengamat politik yang juga Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai argumen untuk kembali ke sistem pemilu proporsional tertutup tidak berkembang dan cenderung terjebak ke masa lalu.
Berbeda dengan argumen pendukung proporsional terbuka yang cenderung berkembang dan berdimensi masa depan.
“Saya kira mempertahankan argumennya (proporsional terbuka) itu jauh lebih banyak, bisa tiga kali lipat dari kembali ke proporsional tertutup,” kata Ray, Jumat (13/1/2023).
Menurut Ray, tiga garis besar argumen yang mendukung sistem proporsional tertutup yakni peserta pemilu adalah parpol, konsolidasi parpol, dan pemilu berbiaya rendah.
Sementara itu, argumen pendukung proporsional terbuka justru terus berkembang.
Menurut Ray Rangkuti, argumen pendukung proporsional terbuka yang cenderung berkembang dan berdimensi masa depan.
- Ibas: Perlukah Amandemen UUD 45 untuk Akomodasi Perkembangan Zaman?
- Survei: Parpol, DPR, dan Polri Memperoleh Kepercayaan Terendah dari Rakyat
- Konsolidasi Nasional Gerakan Mandiri Bangsa Lahirkan Partai Gema Bangsa
- Presidential Threshold Dihapus, GRIB Jaya Mendesak Pembentukan Parpol Diperketat
- Temui Jokowi di Solo, KKPG Dorong Gibran Jadi Kader Golkar
- DKPP Periksa Ketua-Anggota KPU, Ini Perkaranya