Sistem Profesor untuk Sekolah Baru
Oleh Dahlan Iskan
Tidak sembarang guru bisa mengajar di charter school. Harus yang bersertifikat. Yang benar-benar terpanggil jiwa keguruannya. Bastian punya delapan guru untuk Roots High School. Tiap guru gajinya USD 54.000 per tahun. Sekitar Rp 700 juta.
Keunggulan charter school adalah ini: tidak ada keseragaman. Ada yang mengutamakan matematika. Ada yang berbasis teknologi. Rekayasa mesin. Olahraga. Bebas. Tergantung bunyi charter yang dibuat.
Bastian puas dengan perjuangannya. Dia bekerja mulai jam 6 pagi sampai 6 sore. Mengajar dan menyiapkan keperluan sekolah. Dengan semangat.
Ketika saya memperhatikan anjing besar yang keluar masuk kelas, Bastian berhenti. ”Ini anjing sekolah,” katanya. ”Kalau ada siswa/siswi yang lagi suntuk, saya minta keluar untuk main-main dengan anjing ini.” Emosi siswa bisa reda.
Sebenarnya Bastian ingin bisa punya siswa sampai 300 orang. Tidak hanya 150 seperti sekarang. Tapi, dia belum bisa cari sumbangan lebih banyak. ”Sulit cari sumbangan. Orang Amerika itu kaya, tapi jiwanya rakus,” ungkapnya.
Bastian terpanggil mengurusi anak orang miskin sejak umur 19 tahun. Ketika dia jadi misionaris gereja Mormon di Honduras. Begitu miskin negara itu. Dia sudah mendirikan sekolah di sana. Tiap tahun Bastian mengajak enam orang anaknya liburan di Honduras. Agar tahu bagaimana bisa membantu orang miskin.
Bahwa Bastian Mormon, memang begitulah umumnya orang Utah. Pihak-pihak yang rapat dengan saya di Utah semua aktivis Mormon. Misalnya yang ahli teknologi torium itu. Atau yang ahli ekonomi itu. Di sela-sela rapat saya menemui Tyler Bastian. Eh, Mormon juga.
Mayoritas penduduk Utah memang penganut Mormon: aliran Kristen yang membolehkan istri lebih dari satu, melarang makan babi, dan mengharamkan minuman keras.