Sistem Proporsional Tertutup Paling Tepat untuk Pemilu Serentak
Dengan begitu, kata dia, yang perlu didorong adalah proses pencalonan dari internal masing-masing partai politik secara transparan, akuntabel, dan partisipatif meskipun secara tertutup.
"Ketika memilih tidak ada gambar, tidak apa-apa, ada proses pendahulu yang bisa menjamin," ucapnya.
Mada menyebut sistem tertutup secara teknis lebih meringankan panitia pelaksana pemilu, karena proses rekapitulasi atau penghitungan suara lebih mudah.
Hal itu patut menjadi pertimbangan, mengingat pada pemilu sebelumnya ditemukan sejumlah penyelenggara yang sampai meninggal dunia karena kelelahan.
Guna memastikan bahwa prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif terpenuhi, ada berbagai mekanisme yang bisa diterapkan.
Misalnya, melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) yang mewajibkan setiap partai membuat berita acara terkait proses pencalonan.
Pemilih juga bisa berperan, misalnya dengan membuat forum di luar partai politik.
"Mekanismenya bisa macam-macam, paling tidak secara legal formal prinsip-prinsip tadi sudah terlihat," ujar Mada.
Pengamat politik dari UGM Mada Sukmajati menilai sistem proporsional tertutup paling tepat dipakai dalam Pemilu serentak. Begini kelebihannya.
- Jadi Ketum KAGAMA, Basuki Hadimuljono Berkomitmen Lanjutkan Program Ganjar Pranowo
- 10 Mahasiswa Finalis Kompetisi Esai Pertamina Siap Bersaing di PGTC
- Setelah Unpad dan UII, Suara Pembebasan Mardani H Maming Muncul di UGM
- Marak Bagi-Bagi Bansos Jelang Pilgub Kalteng 2024, Pengamat Ingatkan Soal Ini, Tegas!
- Jaksa Agung Diharapkan Tak Berafiliasi dengan Partai Politik
- Produk Reksa Dana BRI-MI Dukung Kemajuan Pendidikan di Indonesia