Sistem Rujukan & Intervensi Gizi Spesifik Tepat, Penurunan Stunting Lebih Cepat

Angka prevalensi ini malah naik 10 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 16,8 persen.
dr. Jusi Febrianto menjelaskan tiga lapisan intervensi yaitu, intervensi pertama melalui pemberian susu dan telor di setiap posyandu. Intervensi kedua dilakukan di Puskesmas berupa deteksi sedini mungkin sebelum stunting.
Pada kasus stunting diberikan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 2 minggu sampai 1 bulan, dan dikoreksi.
Intervensi ketiga melalui pemberian Pangan Olahan Untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK), yang hanya bisa diberikan dari Rumah Sakit.
"Metode ini dirasa cukup efektif menurunkan angka stunting. Di desa Karangaren selama 6 bulan dapat menurunkan 6% stunting dari 18% menjadi 12 persen. Diharapkan apabila anggaran cukup, bisa diterapkan ke 57 desa lainnya," jelas Jusi.
Dokter spesialis anak dr. Adrian, SpA., mengatakan upaya penurunan stunting di Purbalingga juga dengan mengedukasi masyarakat untuk terus aktif memberikan informasi mengenai tumbuh kembang anaknya yang terkena stunting.
“Informasi itu biasanya mereka (ibu dari anak stunting) sampaikan melalui salah satu aplikasi berkirim pesan dan panggilan. Mereka diberi akses untuk menginformasikan kepada petugas kesehatan mengenai upaya yang telah dilakukan guna menurunkan stunting,” jelasnya.
Adrian mengatakan ibu dari anak stunting yang diintervensi dengan PKMK mengaku anaknya mengalami peningkatan berat badan yang sesuai dengan rekomendasi dokter.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan terobosan baru berupa kebijakan berbasis bukti dalam rangka percepatan penurunan stunting.
- Yayasan Sole Family Bali dan Perjuangan Melawan Ketidakberdayaan
- Si Melon PIK2 Bantu Warga Teluknaga Melawan Stunting
- Sido Muncul Berikan Bantuan Rp 425 Juta untuk Anak Terduga Stunting di Jonggol
- Dinsos P3AP2KB Kabupaten Kudus Andalkan DMS Cazbox by Metranet untuk Atasi Stunting
- Zakat dan Harapan bagi Generasi Bebas Stunting
- Program MBG di Bogor Dimulai, Upaya Baru Tekan Stunting