Siswa SMK Didominasi dari Keluarga Miskin, Ini Alasannya
jpnn.com - JAKARTA - Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mustaghfirin Amin mengatakan, peminat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) didominasi warga tidak mampu.
"Ini luar biasa, karena banyak masyarakat miskin yang menyekolahkan anaknya di SMK. Paling tidak, sudah ada kemauan orangtua melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang menengah atas," kata Mustaghfirin dalam diskusi SMK Menjawab Daya Saing Nasional di Kantor Kemdikbud, Rabu (7/10).
Dia mencontohkan, orang tua yang menyekolahkan anak ke SMK harus mengeluarkan uang SPP Rp 350 ribu per bulan. Pada tahun ketiga, anak SMK ini akan diikutkan magang di industri selama 3-12 bulan. Setelah magang, lulusan SMK ini langsung bekerja dan digaji sekitar Rp 2,5 juta per bulan.
"Dengan gaji 2,5 juta per bulan, investasi orangtuanya bisa kembali dalam tiga bulan saja. Inilah yang mendorong masyarakat miskin menyekolahkan anaknya di SMK, meski SPP-nya lebih mahal ketimbang SMA," terangnya.
Kepsek SMKN 1 Depok Rohmatul Cholil menambahkan, mahalnya biaya SPP SMK karena untuk menyediakan fasilitas praktik. Sebab, SMK tidak mendapatkan bantuan anggaran penuh dari pemerintah. (esy/jpnn)
JAKARTA - Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mustaghfirin Amin mengatakan, peminat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) didominasi
- Pilih Hotel sebagai Fasilitas Kampus, CEO UIPM Beri Penjelasan Begini
- Eramet & KBF Berikan Beasiswa untuk Mahasiswa Indonesia Timur, Ini Harapan Gubernur Sulut
- Sebanyak 96 Mahasiswa Presentasikan Hasil Riset di Knowledge Summit
- Dukung Gerakan Literasi Heka Leka, Anies Baswedan Bicara Potensi Anak-anak Maluku
- Research Week 2024: Apresiasi Kinerja Dosen Untar Hasilkan Karya Ilmiah Berkualitas
- Adaro Donasikan Paket Seragam Sekolah Senilai Rp 2,4 Miliar untuk Anak Kurang Mampu