Siti Zuhro: Harus Ada Pola Koalisi Baru
Dia mencontohkan, di era Soeharto, semua partai politik 'dibungkam', sehingga hanya ada Pak Harto dan dua kaki tangannya yaitu Golkar dan ABRI. Di era SBY, semua partai politik diundang bergabung dalam pemerintahan, yang kesemuanya bertujuan membentuk harmoni politik.
"Agar tercipta harmoni untuk mau belajar dengan seksama dan arif dari para pendahulunya. Jokowi sebagai presiden harus berhati-hati dan harus menyadari mengapa posisinya sebagai presiden tidak bisa mengendalikan dan mengandalkan sepenuhnya partai politik yang menjadi pendukungnya," ujar Siti.
Selain itu ke depan juga tidak boleh lagi politik dengan menggunakan gaya aji mumpung dengan memecah-belah partai politik yang dianggap berseberangan dengan segala cara, seperti yang terjadi pada Golkar dan PPP. Cara ini tidak demokratis dan dampaknya bangsa ini bisa mundur.
"Kalau cara ini dilakukan, sama saja dengan mereproduksi perilaku distorsif. Jangan membuat sikap; kalau kita hancur, maka yang lain harus lebih hancur," pungkasnya.(fas/jpnn)
JAKARTA - Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro pesimistis pembangunan bisa lancar bila kondisi politik belum stabil.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Tuntut Keadilan, Ratusan Kader Gerindra Banggai Gelar Aksi di Polres
- Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi Bakal Direshuffle?
- Isu Matahari Kembar Diredakan Muzani, Bukan Dasco Apalagi Hasan Nasbi, Tumben
- PAN Dukung Prabowo Jadi Capres 2029, Ahmad Sahroni: Masih Dini untuk Bicara Pilpres
- Sahroni Nilai Pertemuan Sespimmen Polri dengan Jokowi Kurang Pas, Begini Alasannya
- Buka Pendidikan untuk Kader Muda Golkar, Bahlil Sebut Misbakhun Sosok Pemenang