Situasi Tak Menentu, Saham Memerah

Situasi Tak Menentu, Saham Memerah
Seorang pialang termenung di lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia.
JAKARTA - Pasar finansial Indonesia memulai perdagangan awal pekan ini dengan sangat buruk. Setelah libur panjang Lebaran, pasar uang dan pasar saham mencatat kinerja terjelek sepanjang tahun. Meski tim ekonomi pemerintah Minggu (5/10) lalu melaksanakan rapat darurat untuk menenangkan pasar, hal itu terbukti tak efektif meredam kepanikan investor.

Di lantai bursa, indeks harga saham gabungan (IHSG) Senin (6/9) terperosok 183,76 (10,03 persen) ke posisi 1.648,73 poin. Indeks 45 saham paling likuid atau LQ-45 juga anjlok 42,17 (11,42 persen) menjadi 326,97 poin. Penurunan indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu adalah yang terparah di Asia.

Di pasar uang, nilai tukar rupiah pun tak berdaya. Pada penutupan perdagangan valas Senin (6/9), rupiah melemah 300 poin atau 3,23 persen ke titik Rp 9.585 per dolar AS. Investor ramai-ramai memburu dolar karena khawatir kurs rupiah bakal merangkak ke Rp 10.000.

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Fuad Rahmany mengatakan penurunan IHSG merefleksikan yang seharusnya terjadi saat libur Lebaran sebagai dampak krisis AS. ’’Karena kita hampir seminggu nggak ada trading. Jadi market akan mendiskon awal perdagangan. Apalagi, yang lain kan sudah pada turun,’’ kata Fuad di Jakarta kemarin.

Bursa regional rata-rata drop 4-5 persen. Seperti Hang Seng (Hongkong) melorot 4,97 persen, Nikkei 4,25 persen, dan Shanghai 5,23 persen. Yang hampir menyerupai kemerosotan IHSG adalah bursa saham Rusia yang terjun 11,55 persen dan Arab Saudi 9,7 persen. Bahkan, transaksi di bursa Rusia sempat dihentikan sementara (suspend).

Untuk meredam bursa turun lebih dalam, Fuad berjanji akan tegas melaksanakan aturan-aturan pasar modal. Terutama larangan naked short selling yang mulai berlaku Oktober ini. ’’Kita akan beri sanksi tegas,’’ kata Fuad. Naked short selling atau memperdagangkan saham pinjaman dari sekuritas bisa membuat pasar makin jeblok.

Ini karena pelaku menjual saham yang dipinjam dari sekuritas, kemudian membeli kembali saat harga sedang jatuh dan dikembalikan lagi ke sekuritas. Kondisi ini membuat pelaku short selling justru bergelimang keuntungan saat dana harga saham sedang turun.

Analis pasar modal Dandosi Matram mengatakan program penyelamatan darurat pemerintah AS masih harus ditunggu implementasinya. Program tersebut baru efektif berjalan paling cepat tiga bulan mendatang. Itu pun masih dihinggapi pertanyaan seberapa efektif dana bail out USD 700 miliar bisa memulihkan pasar finansial.

JAKARTA - Pasar finansial Indonesia memulai perdagangan awal pekan ini dengan sangat buruk. Setelah libur panjang Lebaran, pasar uang dan pasar saham

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News