Skandal Dibalik Gerakan Anti Tembakau Global

Skandal Dibalik Gerakan Anti Tembakau Global
Skandal Dibalik Gerakan Anti Tembakau Global

Propaganda seperti ini jelas didanai oleh perusahaan-perusahaan farmasi yang memasarkan obat-obat anti nikotin. Legitimasi itu diklaim sebagai lembar fakta

WHO yang ditulis oleh sekelompok ahli dari negara-negara maju dan berkembang, tanpa menyebut nama-nama para ahli yang dimaksud. Namun, tak perlu diragukan lagi sebagian dari mereka pembuat propaganda ini adalah mereka para konsultan perusahaan obat yang kini bermitra dengan WHO. Atau mungkin juga sama dengan para ahli yang menulis panduan klinis  AS mengenai Penanganan Ketergantungan Tembakau.Tak dapat dipungkiri, bahwa masing-masing yang terlibat dalam perang nikotin memang mendapatkan keuntungan yang besar secara materi.

Sayanngya, seperti sudah menjadi suratan takdir dalam sebuah perang. Pasti harus ada yang dikorbankan. Diantaranya yang harus dikorbankan itu adalah ilmu yang jujur, kebenaran, kemerdekaan individu dan jutaan anak-anak dan orang dewasa yang nyata-nyata hidup di negara-negara berkembang. Karena mereka menderita penyakit yang nyata-nyata, bukan rekayasa.

Ketika WHO menerima dana kucuran dari negara-negara donor seperti Amerika Serikat  untuk melenyapkan kebiasaan orang dewasa yang memilih mnggunakan produk legal, hanya dalam kurun waktu setahun ada 5 juta bayi lahir di negara-negara berkembang hanya mampu bertahan hidup pada bulan pertama. 17 juta orang di seluruh dunia tewas terinfeksi parasit.  Dan jutaan warga Afrika Selatan tewas karena terjangkit penyakita HIV.Para farmakrat lebih berminat untuk mengisi

sakunya sendiri, memperkuat kekuasaan poltik dan mengendalikan perilaku warga di negara-negara makmur dari pada menangani penyakit yang sungguh-sungguh nyata dan bisa dicegah di negara-negara berkembang.

Judul tulisan di atas melukiskan betapa perang nikotin tidak lebih dari sebuah intrik-intrik korporasi farmasi internasional untuk  meraup keuntungan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News