Skizofrenia dan Urgensi Kepekaan Publik
Oleh: Anggia Ermarini, MKM
Terkait film, hemat penulis, terlepas dari perdebatan di dalamnya, sebaiknya berfokus bukan pada kekerasan yang berpotensi menginspirasi penderita gangguan mental lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Namun, bahwa dampak skizofrenia dapat berakibat sefatal sebagaimana yang ada di film. Bahkan, dalam kehidupan nyata sangat mungkin ada penderita yang karena tidak tertangani secara baik, berefek lebih liar dan lebih kejam dari Joker.
Penanganan Skizofrenia
Diakui atau tidak, sebagian masyarakat kita boleh dibilang “tidak ramah” terhadap penderita skizofrenia. Bahkan di kampung-kampung, masih banyak yang meyakini cara terbaik menanganinya adalah dengan dipasung, dikurung dalam ruangan, atau dikucilkan.
Berbagai perlakuan demikian tentu melanggar HAM. Namun, sisi lain, agak susah menyalahkan masyarakat ketika alasannya dihadapkan pada penderita yang liar, merusak, bahkan berpotensi mengancam jiwa orang lain. Belum tentu kita sendiri ketika bertemu penderita demikian tidak merasa panik; daripada berisiko lebih fatal, lebih baik “mengamankan” penderitanya.
Karena itu, faktor pendidikan, kesadaran, kepekaan masyarakat, dan akses kesehatan jiwa terhadap penderita menjadi kunci utama menangani secara baik dan benar. Kita semua sebagai warga masyarakat seyogianya memahami penyakit ini sebaik mungkin; faktor-faktor yang melatarbelakanginya, penyebabnya, gejala, dan pengobatannya.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik akan membuat kita mampu membuat keputusan tentang bagaimana cara terbaik untuk mengatasi gejalanya, memotivasi pasien untuk memulihkan dirinya (self-help), menangani kemunduran, serta bekerjasama menuju pemulihan.
Agar mampu memberikan dukungan dan perawatan yang lebih baik, bantuan dari pihak luar tentu sangat diharapkan. Karena itu, sebagai bagian dari warga, jangan segan-segan berkonsultasi dengan komunitas skizofrenia atau orang lain yang memahami benar tentang penyakit ini, maupuun dari lembaga bantuan lokal lainnya yang memungkinkan lingkungan masyarakat dapat banyak membantu mengangkat rasa stress, frustasi, serta ketakutan penderita.
Puskesmas, Masyarakat, dan Keluarga
Lembaga kesehatan yang paling merepresentasikan kehadiran negara adalah pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang ada di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan. Dalam kasus skizofrenia, sebagai unit kesehatan paling dekat dengan masyarakat, puskesmas harus mampu dijangkau, bahkan merangkul langsung warganya yang sedang menderita.
Bagi para penikmat film, pastilah tahu kehadiran film berjudul Joker yang sedang marak ditayangkan di berbagai bioskop tanah air.
- Video Aplikasi Curhat Banjir Olok-olokan Warganet, Ridwan Kamil: Jangan Sepelekan Stres
- Fraksi PKB DPR Sampaikan Komitmen di Depan Demonstran RUU Masyarakat Adat
- Menyelami Pikiran Pengidap Skizofrenia Lewat Film Rose
- Struktur Partai Lengkap, PKB Sumbar Targetkan Suara Pemilu 2024 Berlipat
- Anda Wajib Tahu, Ini Gejala Penyakit Skizofrenia yang Diduga Diderita Novi Amelia
- Skizofrenia yang Diduga Diidap Novi Amelia Berisiko Picu Bunuh Diri di Usia Muda