Slamet Suradio, Masinis KA dalam Tragedi Bintaro 1987, Hidupnya Kini (1)
Tinggal di Desa, Isi Hari Tua dengan Berjualan Rokok Eceran
Selasa, 05 Oktober 2010 – 08:08 WIB
Slamet baru tersadar ketika sudah berada di ruang ICU RS Kramat Jati dengan luka-luka di sekujur tubuh. Kaki kanannya patah. Kulit pinggulnya sobek. Selain itu, semua giginya rontok gara-gara terhantam handle rem kereta. Begitu tabrakan terjadi, tubuh Slamet terlempar hingga belakang jok masinis.
"Saya melihat sinyal aman ketika memasuki halte Pondok Bitung. Namun, secara bersamaan, dari arah berlawanan tiba-tiba muncul KA 220, lalu derrr...! Tabrakan maut itu tidak bisa terhindarkan," tutur dia.
Kecepatan kereta yang dikemudikan oleh Slamet saat itu sekitar 40 km/jam. "Saya langsung tidak sadar dengan luka-luka di banyak bagian. Saya baru sadar ketika berada di rumah sakit," ungkap pria yang pernah tercatat sebagai pegawai negeri sipil dengan NIP 120033237 itu.
Selaku mantan masinis, Slamet secara gamblang bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh masinis KA Argo Bromo Anggrek M. Halik Rusdianto, yang bernasib serupa dengannya. "Dalam setiap kecelakaan KA, masinis selalu menjadi kambing hitam utama. Pertimbangannya, perannya sangat vital. Saya yakin bahwa Pak Halik pasti mendapatkan interogasi panjang setelah kejadian," tuturnya.
Dua puluh tiga tahun lalu Slamet Suradio menghadapi masa-masa sulit seperti yang dialami M. Halik Rusdianto, masinis Kereta Api (KA) Argo Bromo Anggrek
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408