Slowdive Rilis Album ke-5 'Everything is Alive'
Mengandung dualitas bahasa internal yang familiar digabungkan dengan euforia akan awal mula yang baru, ‘Everything is Alive’ adalah karya musik yang bersifat transportif dan berkilauan.
Album tersebut merupakan sebuah karya seni band klasik yang terus membawa identitas musik ke masa depan.
Dirilis 6 tahun setelah album self-titled, ‘Everything is Alive’ menjadi momen Slowdive membawa sound dan elemen musik yang lebih imersif.
Perjalanan album itu dimulai di rumah Neil yang bertindak sebagai penulis dan produser mengerjakan berbagai demo.
Bereksperimen dengan synth-synth modular, Neil awalnya membuat album ini sebagai sebuah album elektronik yang lebih minimal.
Kekompakan Slowdive dalam mengambil keputusan membawa musik kembali ke sound gitar yang penuh reverb.
"Kami selalu datang dari berbagai arah, dan hal terbaik adalah saat kami semua bertemu di tengah," jelasnya.
Band beranggotakan Rachel Goswell (vokalis dan gitaris), Neil Halstead (vokalis dan gitaris), Christian Savill (gitaris), Nick Chaplin (bassist), dan Simon Scott (drummer) itu awalnya berencana masuk studio pada April 2020 namun tidak berjalan.
Band asal Inggris, Slowdive merilis album terbaru yang berjudul ‘Everything is Alive’. Album kelima dari grup musik shoegaze itu...
- Jack Marpaung Meninggal Dunia, Posan Tobing Merasa Sangat Kehilangan
- Musisi Legendaris Batak Jack Marpaung Meninggal Dunia
- Kerja di Kafe, Dede Sunandar Tidak Akan Tinggalkan Dunia Hiburan
- Vakum karena Hamil, Mahalini: Semoga Aku Selalu Dirindukan
- 8 Tahun Bersitegang, Brad Pitt dan Angelina Jolie Akhirnya Resmi Cerai
- Kuasa Hukum Bantah Kabar Nicki Minaj Digugat Mantan Karyawan