Smartfren Migrasi ke Frekuensi 2.3 GHz
jpnn.com - MALANG – Keputusan Kementerian Komunikasi dan Informatika segera melakukan migrasi ke frekuensi 2.3 GHz disikapi serius oleh Smartfren. Langkah itu dilakukan oleh Smartfren yang mulai melirik vendor untuk perangkatnya. Tidak main-main, selain beberapa vendor seperti Haier, Innos, Heisense, Smartfren juga mulai melakukan pendekatan dengan Xiaomi.
Perusahaan asal Tiongkok ini dilirik Smartfren lantaran di negaranya masih memproduksi perangkat berbasis CDMA. “Saat ini kami masih melakukan penjajakan dengan vendor-vendor. Xiaomi salah satunya, terpilih karena masih memproduksi ponsel berbasis CDMA,’’ kata Bundling Product Department Head Smartfren, Hartadi Novianto.
Dalam presentasi masalah produk di Taman Indie Resto, Araya tersebut, Hartadi menguraikan, untuk perangkat yang mendukung frekuensi 2.3 GHz ini pihaknya memang harus selektif. Sehingga saat frekuensi yang mendukung jaringan LTE tersebut mulai diberlakukan, pihaknya betul-betul siap.
“Persiapan pertama tentu dana, kemudian jaringan dan handset. Persiapan itu seiring sejalan,’’ urainya.
Diliriknya Xiaomi menurut Hartadi, karena perusahaan ini memiliki produk yang berkualitas. Tidak terkecuali dengan produk CDMA nya. Namun begitu, sistem pemasaran Xiaomi yang dilakukan secara online, sedikit akan menghambat.
“Seperti diketahui, Xiaomi merupakan perusahaan besar. Setiap produknya selalu laris manis. Hanya saja, pemasaran mereka dilakukan secara online, sehingga untuk membuat produk bundling, kami harus melakukan pendekatan intensif,’’ katanya.
Sementara untuk pabrikan lainnya, Hartadi pun mengatakan hal senada. “Intinya, kami masih melihat-lihat dulu. Kami melakukan penjajakan dengan mendatangi vendor-vendor tersebut. Tujuannya, tentu saja untuk mendapatkan produk yang berkualitas,’’ tambah pria berkacamata ini.
Sementara itu, Head Of Network Smartfren, Munir Syahda Prabowo mengatakan, pihaknya sudah siap dengan keputusan Kementerian Komunikasi dan Informatika, terkait migrasi frekuensi tersebut. Namun begitu, karena perpindahan frekwensi ini membutuhkan dana yang besar, maka migrasi ini tidak bisa langsung dilakukan.