SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik

SMK Tetap Sekolah, Bukan Pabrik
Mendikbud Mohammad Nuh. Foto: Arundono/JPNN

Banyak pihak berharap Mobil Esemka dicanangkan sebagai mobil nasional?

Nah, untuk yang satu ini saya sering katakan. Kemdikbud tidak boleh serta merta terjebak di dalam desakan dan keinginan itu. Tetap harus ada mekanisme yang harus dilalui. Tapi tetap Kemdikbud memberikan apresiasi atas harapan dan dorongan dari public agar produk ini dapat diproduksi secara massal. Entah itu jadi mobnas, mobil dinas atau lainnya, itu urusan belakang.

Yang penting dari sisi edukasi, ini harus tetap dipegang dan dikendalikan. Karena anak-anak SMK itu tidak boleh terjebak di dalam proses fabrikasi itu yang kemudian  meninggalkan konsep-konsep edukasi. Itu tidak boleh. Kalau anak-anak terjebak di situ, nanti malah jadi buruh bukan belajar. Sekolah SMK ini tetap sekolah, bukan pabrik.


Tapi ini soal apresiasi dan kebanggaan nasional loh Pak?

Saya tegaskan, dalam hal ini kita tidak boleh terlalu gegabah. Kalau ada orang yang pesan, ya boleh saja walaupun belum diproses. Kan banyak juga produk mobil XYZ lainnya bisa dipesan sebelum produk itu dibuat. Tetapi kalau untuk dijual, tetap menunggu sampai semuanya sudah memenuhi syarat.

Yang ingin saya tegaskan lagi, SMK itu sekolah. Maka roh atau jiwa karakteristik sekolah itu tidak boleh ditinggal. Namun begitu, dia juga harus mengenal industri, pasar dan lainnya. Itu harus. Kalau tidak, maka dikhawatirkan akan menjadi asing. Maka itu, ada kerja praktek untuk mengetahui dinamika di dunia industri dan masyarakat itu.

SMK naik daun. Diawali heboh mobil Esemka, pemberitaan mengenai karya-karya fenomenal siswa-siswa SMK terus berlanjut. Tidak hanya merakit mobil,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News