Soal Harga Pertamax, YLKI: Tak Ada Pilihan Lain
jpnn.com, JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan tak ada pilihan lagi, kecuali menyesuaikan harga Pertamax.
Hal itu menurut YLKI tak bisa dihindari karena harga minyak dunia terus naik.
"Memang tak ada pilihan. Kalau tidak disesuaikan, dikhawatirkan justru berdampak pada pelayanan kepada konsumen," kata Ketua YLKI Tulus Abadi Tulus di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, dengan harga minyak dunia yang terus melambung membuat Pertamina tak punya opsi lain, kecuali menaikkan harga Pertamax.
Harga minyak dunia jenis Brent sudah menyentuh level USD 91,46 per barel yang merupakan tertinggi sejak 2014.
SPBU swasta, lanjut dia, sudah beberapa kali menaikkan harga BBM dengan jenis RON 92.
"Pertamina tidak mungkin menjual rugi produknya. Saat ini, kerugian Pertamina dari Pertamax cukup tinggi. Dari sana, ya memang tak ada pilihan," ujar Tulus.
Di sisi lain, tingkat konsumsi Pertamax sudah makin tinggi, yakni 20 persen dari total konsumsi gasolin.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan tak ada pilihan lagi, kecuali menyesuaikan harga Pertamax.
- YLKI: Diskon Listrik 50% Beri Manfaat untuk Daya Beli dan Pemulihan Ekonomi Masyarakat
- Tegas, YLKI Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
- YLKI Minta Konsumen Gunakan Medsos Sebagai Cara Terakhir
- YLKI Minta Konsumen Jangan Buru-Buru Viralkan Keluhan di Medsos, Ini Cara yang Tepat
- Harga Pertamax Naik, Komisi VI: Menjaga Potensi Pemasukan Negara
- Harga Pertamax Naik, Persaingan dengan SPBU Swasta Dinilai jadi Lebih Sehat