Soal Impor, RI Lepas dari AS tapi Berpindah ke Tiongkok
jpnn.com, JAKARTA - Setelah World Trade Organization (WTO) menjatuhkan hukuman kepada Indonesia atas tuntutan Amerika yang merasa dirugikan karena larangan Indonesia untuk import apel, bawang, anggur, kentang, jus, bunag, buah kering, sapi, ayam, dan daging sapi ke dalam negeri.
Oleh karena itu, setelah upaya banding Indonesia ke WTO kalah, Amerika memenangi tuntutan tersebut di hadapan WTO dengan memberikan Indonesia hukuman sebesar USD 350 juta, atau setara dengan Rp 5 Triliun dengan denda setiap tahun yang berubah-ubah dan kemungkinan denda meningkat.
ALASKA (Aliansi Lembaga Analisis Kebijakan dan Anggaran) menilai bahwa Jokowi sudah berada di jalan yang benar dengan menolak impor dari Amerika tersebut.
Menurut ALASKA, Jokowi telah membangun swasembada pangan, dan menghidupkan petani juga peternak Indonesia. Penolakan impor buah, ayam, sapi tersebut merupakan langkah tepat untuk mendukung ekonomi lokal Indonesia.
“Akan tetapi, berhenti impor dari Amerika, bukan berarti Indonesia merdeka dari impor, Jokowi telah impor beras dari Vietnam, gula dari Thailand, anggur dari China, dan vaksin dari India. Impor tersebut menurut data BPS naik signifikan sebesar 88 persen pada bulan Mei 2018 dibandingkan pada bulan April 2018, serta naik 34,01 persen dibandingkan bulan April 2017,” kata Koordinator ALASKA, Adri Zulpianto.
“Jadi menurut Alaska, Indonesia belum merdeka dari impor. Lepas dari Amerika, Indonesia berpindah haluan ke China (Tiongkok, red),” kata Adri.
Menurutnya, menghindari persaingan ekonomi Amerika-China, bukan berarti Indonesia harus melanggar perjanjian dagang oleh Amerika, yang justru malah dituntut ganti rugi oleh Amerika. Pelanggaran ini malah menambah kerugian negara di tengah kebutuhan Indonesia terhadap dolar guna mendongkrak devisa negara untuk membayar hutang.
Selain itu, Indonesia yang harus diganjar oleh sanksi WTO atas tuntutan Amerika, Indonesia harus menunjukkan bahwa Indonesia harus merdeka dari impor hasil pertanian, karena Indonesia adalah negara yang kaya dengan hasil perkebunan, pertanian, dan peternakan.