Soal Kenaikan ULN Indonesia, Ekonom: Hati-hati Jebakan Utang

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhimas Yudhistira mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati terkait makin besarnya angka utang luar negeri (ULN) Indonesia.
Menurut dia, pemerintah harus terus mengevaluasi pendaan asing tersebut.
"Kalau tidak hati-hati kita bisa masuk pada jebakan utang atau debt trap," ujar Bhima kepada JPNN.com, di Jakarta, Jumat (16/4).
Bhima mencermati, saat ini ULN Indonesia berasal dari berbagai kreditur, salah satunya adalah China.
ULN yang berasal negara tirai bambu itu naik sebesar 4,5 persen dibandingkan posisi tahun lalu atau lebih tinggi dari rata-rata kenaikan keseluruhan.
"Ini menunjukkan kreditur China makin berpengaruh dalam perekonomian Indonesia. Harus di evaluasi juga apakah pendanaan dari China ini efektif atau punya agenda lain," beber dia.
Dia menjelaskan, kenaikan ULN terutama disumbang dari porsi utang jangka panjang pemerintah yang naik persen menjadi USD 209 miliar.
"Memang ada sisi positif di mana utang jangka pendeknya menurun tapi ada risiko beban utang ditanggung dalam jangka panjang," kata Bhima.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhimas Yudhistira mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati terkait makin besarnya angka utang luar negeri (ULN) Indonesia.
- Siasat Sri Mulyani untuk Meredam Tarif Resiprokal Amerika Serikat
- Pemerintah Prediksi Nilai Transaksi Ritel di 2025 ini Bakal Turun 8 Persen
- Resah Lihat Kondisi Ekonomi, Mahasiswa UKI Bagikan Beras untuk Membantu Warga
- PNM Wujudkan Dukungan untuk Pendidikan Berkualitas lewat Ruang Pintar
- Kemenko PM Uji Publik Standar Pendampingan Usaha lewat Pilar Berdaya Bersama
- Bulog Siap Dukung Koperasi Merah Putih untuk Memperkuat Ketahanan Pangan