Soal Papua, NU-Muhammadiyah Kompak Ingatkan Pemerintah
Selasa, 20 Desember 2011 – 07:35 WIB
"Sekalipun Papua kaya raya dan ada proyek besar di sana (penambangan Freeport), manfaatnya tidak menetes sampai ke bawah," katanya.
Dia sependapat perlu dikembangkan pendekatan yang melibatkan elemen masyarakat Madani di Papua. Din menyebut 'gereja' cukup kuat di Papua, berikut pimpinan Katolik dan Protestan. Ormas keislaman yang eksis di Papua bersama masyarakat adat harus bisa dilibatkan secara aktif. "Kalau mereka bisa dilibatkan semua dengan diketuk hatinya. Saya yakin kita bisa menyelesaikan masalah Papua ini," katanya.
Rohaniawan Franz Magnis Suseno optimistis masa depan Papua bukan merdeka. "Papua tetap indonesia, dari sudut hukum internasional juga mantap," kata pria yang biasa disapa Romo Magnis, itu. Namun, Romo Magnis mengingatkan supaya aparat keamanan menghindari praktek yang melanggar HAM. Ketika pelanggaran HAM sangat mencolok, bisa jadi akan memicu sentimen dari dunia internasional.
"Pendekatan kekerasan minimum saja. Kalau diserang boleh dilawan. Tapi, seperti Kongres Rakyat Papua itu, beberapa orang menyatakan Papua merdeka, cukup panggil saja beberapa orang memberi keterangan," kata Romo Magnis. Kongres Rakyat Papua ke-III di lapangan Zakeus, Padang Bulan, Abepura, Jayapura, berakhir dengan pembubabaran paksa oleh aparat keamanan. Terdapat sejumlah korban tewas dalam peristiwa yang terjadi pada Rabu sore, 19 Oktober itu.
JAKARTA - Persoalan Papua mendapat porsi perhatian yang cukup besar dari sejumlah tokoh yang hadir dalam acara Refleksi Akhir Tahun Para Tokoh di
BERITA TERKAIT
- Mensos Gus Ipul Beri Bantuan Biaya Perbaikan Rumah Kepada Korban Longsor di Padang Lawas
- ASR Komitmen Bangun Penegakkan Hukum Transparan & Adil di Sultra
- Hendri Satrio jadi Ketua IKA FIKOM Unpad
- Info Terkini OTT KPK yang Menyeret Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah
- Pertamina Eco RunFest 2024: Carbon Neutral Event untuk Kampanye Sustainable Living
- Sambut Akhir Tahun, ASDP Bakal Hadirkan Konser Musik di Kawasan BHC