Soal Pertumbuhan Ekonomi, Syarief Hasan: Jangan Hanya Membuat Target Tinggi yang Ambisius
Apalagi, potensi pengangguran akan semakin bertambah dengan kebijakan PHK dari beberapa perusahaan dan industri besar di Indonesia.
“Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air membuat kebijakan pensiun dini dan pemotongan gaji agar dapat bertahan. Bahkan, supermarket Giant menutup seluruh gerainya karena hantaman Pandemi yang berakibat pertambahan jumlah angka pengangguran,” ungkap Syarief.
Angka itupun menambah data dari Kemenaker RI yang menyebutkan jumlah pengangguran selama Pandemi Covid-19 bertambah sebesar 3,05 juta. Bahkan, KADIN menyebutkan lebih dari 6,4 juta pekerja yang diPHK hingga akhir 2020. Banyaknya PHK ini meningkatkan jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Dia pun mengingatkan Pemerintah mengenai kurva pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Selama hampir dua periode, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum pernah mencapai 5.2 %, bahkan sebelum Pandemi Covid-19.
Sehingga, rencana pertumbuhan ekonomi di atas 7% tidak realistis dan ambisius apalagi tantangan Pandemi Covid-19 yang sangat luar biasa,” ungkapnya
Politikus senior Demokrat itu juga mendorong pemerintah tidak hanya membuat kebijakan jangka pendek, tetapi juga kebijakan jangka panjang.
Selama ini, kata Syarief, Pemerintah lebih banyak membuat kebijakan jangka pendek, seperti gelontoran dana untuk instansi dan bantuan langsung.
Syarief Hasan menegaskan pemerintah harus melakukan kajian yang matang dalam merancang target pertumbuhan ekonomi.
- Kadin Luncurkan White Paper, Strategi Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8%
- Siti Fauziah Sampaikan Bukti MPR Telah Jadikan UUD 1945 sebagai Konstitusi yang Hidup
- Ibas: Di Tangan Gurulah Masa Depan Bangsa Akan Dibentuk
- Waka MPR Lakukan Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Donggala
- RI Sulit Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Kalau Mengandalkan Kapasitas Fiskal
- Ekonom CORE: PPN 12 Persen Semestinya Ditunda