Soal Polusi di Jakarta, Pengendara Harus Paham Dampak Negatif yang Ditimbulkan
jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Ilmu Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro Prof Sudharto P Hadi mengatakan pengguna kendaraan pribadi belum begitu mengerti terhadap dampak negatif yang dihasilkan dari perilakunya.
Menurutnya, beberapa eksternalitas negatif bisa dihasilkan dari penggunaan kendaraan pribadi dan industri, yaitu polusi udara yang bisa berakibat fatal pada kesehatan.
Saat ini, sektor transportasi masih tercatat menempati urutan tertinggi penyumbang polutan di Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan sumber polusi udara di Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya berasal dari kendaraan dengan kontribusi 44%.
“Ada negative externalities atau eksternalitas negatif yang merupakan konsekuensi negatif dari aktivitas ekonomi (konsumsi atau produksi) pada pihak ketiga yang tidak terkait. Untuk itu, penting kiranya publik sadar betul terkait negative externalities tersebut," tutur Sudharto.
Pada tingginya kesadaran masyarakat akan negative externalities, Sudharto mencontohkan, ada di Provinsi Bali saat perayaan hari raya Nyepi.
Saat Nyepi, masyarakat di Bali dilarang ada yang melakukan aktivitas, apalagi berkendara dengan kendaraan bermotor.
“Saat itu polusi udara di Bali sangat rendah,” kata Sudharto.
Beberapa eksternalitas negatif bisa dihasilkan dari penggunaan kendaraan pribadi dan industri, yaitu polusi udara yang bisa berakibat fatal pada kesehatan.
- 12 Jurus Ridwan Kamil Atasi Polusi di Jakarta
- Pemerintahan Prabowo-Gibran Soroti Pengendalian Polusi di Jabodetabek
- Pemerintah Diminta Prioritaskan BBM Rendah Sulfur untuk Perbaiki Kualitas Udara
- KPBB Dorong Produksi BBM Euro 4, Pertamina Dianggap Kunci Pengurangan Polusi
- Polusi Udara Ganggu Kesehatan Paru-Paru, Deteksi Dini Penting Dilakukan
- BBM Berkadar Sulfur Tinggi, Ancaman Serius bagi Kualitas Udara Jakarta