Soal RAPBN 2025, Said Abdullah: Waspadai Tren Kurang Baik di Indikator Sektor Keuangan

Soal RAPBN 2025, Said Abdullah: Waspadai Tren Kurang Baik di Indikator Sektor Keuangan
Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah. Foto: Humas DPR

Menurut Said, mencermati sejumlah indikator tersebut, benang merah yang dapat dijelaskan adalah minat investor asing terhadap kegiatan bisnis di Indonesia, khususnya pada sektor keuangan menurun.

Musababnya, kata dia, karena sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju yang belum akan berakhir.

“Dengan demikian, kebutuhan pemerintah dan pelaku usaha untuk mendapatkan likuiditas kedepan akan sangat kompetitif, dan berbiaya mahal,” ujar Said.

Said mengatakan untuk membantu pemerintah memiliki kelonggaran dalam bergerak, khususnya pada pemerintahan ke depan menghadapi sentimen negatif dari eksternal, khususnya pada sektor keuangan.

Dia mengatakan posisi Badan Anggaran DPR terhadap sejumlah asumsi ekonomi makro dan postur RAPBN 2025, antara lain, pertama, target pertumbuhan ekonomi dipatok pada kisaran 5,1 – 5,5 persen.

Kedua, tingkat inflasi pada kisaran 1,5 -3,5 persen. Ketiga, nilai tukar (kurs) Rp/USD Rp 15.300-15.900.

Keempat, Yield SBN 10 tahun 6,9 – 7,2 persen. Kelima, harga minyak mentah Indonesia 75-80.

Kelima, lifting minyak bumi 580-605 ribu barel. Keenam, Lifiting gas bumi 1.003-1.047 setara ribu barel

Ketua Banggar DPR Said Abdullah merespons RAPBN 2024 dengan mengingatkan perlu mewaspadai sejumlah indikator sektor keuangan yang menunjukkan tren kurang baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News