Soal Revisi UU Migas, DPP GMNI: Investasi Jangan Sampai Korbankan Kedaulatan Bangsa
Oleh karena itu, Ariyansah mendorong pembagian hasil migas tetap berpihak pada kepentingan negara dan investasi dapat tumbuh subur di dalamnya.
“Ini yang harus dipecahkan bersama," ujar mantan ketua DPC GMNI Balikpapan itu.
Ariyansah mengatakan sistem pembagian hasil migas saat ini cukup ideal sehingga masih relevan untuk dipertahankan.
Selain hubungan investasi dan sistem bagi hasil migas, kata dia, hubungan investasi dan tata kelola migas juga menjadi perhatian DPP GMNI.
Dia menilai sistem tata kelola yang dikenal dengan istilah tiga kaki masih ideal diterapkan di Indonesia.
Menurut Ariyansah, istilah tata kelola tiga kaki, yakni memisahkan tiga fungsi, yaitu fungsi kebijakan oleh pemerintah pusat, fungsi regulator oleh badan khusus, dan fungsi bisnis oleh BUMN, dalam hal ini Pertamina.
“Semuanya berdiri di atas penguasaan sumber daya alam oleh negara,” tegas Ariyansah.
Ariyansah menyampaikan hal itu dalam rangka menanggapi pendapat MK pada putusan nomor 36/PUU-X/2012 bahwa negara dapat membentuk badan usaha yang diberikan konsesi untuk mengelola migas sehingga penguasaan ada di pemerintah.
Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) angkat bicara terkait rencana revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Migas.
- Pimpinan SKK Migas Dirombak, Yulian Gunhar Ingatkan soal Lifting Minyak dan Gas
- Soroti Kontrak Tambang, Ariyansah GMNI Ingatkan Indonesia Tuan Rumah G20 2022
- GMNI Beri Penghargaan Kepada 10 Tokoh Termasuk Taufiq Kiemas
- DPP GMNI Kutuk Aksi Bom Bunuh Diri di Makassar
- Sebaiknya Dibentuk BUMN Khusus sebagai Pengganti SKK Migas
- Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Dorong Revisi UU Migas, Begini Alasannya