Soal Website, KPU Disarankan Berbenah
jpnn.com, JAKARTA - Praktisi keamanan siber Pratama Persadha mengatakan, pascapencoblosan suara pilpres dan pileg, KPU diserang isu penghitungan yang salah dan juga website yang diserang oleh peretas.
Memang pemilu Indonesia tidak menganut model e-election. Namun, informasi yang disediakan KPU lewat website-nya tetap sangat penting.
"Seperti pilkada di 2017 dan 2018, web KPU sempat down dan sulit diakses. Isu peretasan kembali hadir dengan model lama dan model baru," ujarnya, Minggu (21/4).
Dia menambahkan, isu adanya serangan dari peretas Rusia dan Tiongkok kembali hadir. Apalagi sebelum gelaran pemilu, KPU juga sempat melontarkan hal ini.
Di sisi lain masyarakat yang panik dan tidak tahu secara teknis ikut terbawa isu yang sangat ramai di media sosial.
Pratama menjelaskan banyak sekali isu yang menyesatkan di publik baik lewat media sosial dan WhatsApp.
Menurutnya, selalu ada kemungkinan KPU mengalami serangan pada web dan sistemnya seperti instansi pemerintah lainnya.
Namun, konten yang dihadirkan oleh para buzzer cenderung membodohi publik.
Praktisi keamanan siber Pratama Persadha mengatakan, pascapencoblosan suara pilpres dan pileg, KPU diserang isu penghitungan yang salah dan juga website yang diserang oleh peretas.
- Gandeng Klub Sepak Bola Jurnalis, KPU DKI Ajak Masyarakat Berkontribusi di Pilkada
- KPU Libatkan Warga Disabilitas Jadi KPPS Pilkada 2024
- Ini Alasan KPU Kurangi Massa Pendukung di Debat Ketiga Pilgub Sumut
- OKU Kekurangan 2.250 Surat Suara untuk Pilkada 2024
- Antusiasme Warga Cijagra Ikut Simulasi Pencoblosan Pilkada Kota Bandung
- Antisipasi Gesekan, Lokasi Debat Pilkada Pekalongan Dipindah KPU ke Semarang