Sodiq Amin
Oleh: Dahlan Iskan
Ketanji Brown, 51 tahun, lulusan Harvard University yang top itu. Kelulusannyi pun summa cum laude. Suaminyi kulit putih. Dua anaknyi punya kulit seperti bapak mereka.
Akibat pembelotan tiga anggota Senat dari Republik itu Ketanji menjadi sejarah 233 tahun Amerika. Wanita kulit hitam pertama terpilih sebagai hakim agung.
Di Pakistan yang membelot itu 24 orang. Cara membelotnya pun dramatik. Mereka tidak hanya menyeberangi lantai. Mereka juga menyeberangi jalan. Berhari-hari mereka bersembunyi di suatu tempat. Tidak jauh dari ''perumahan'' DPR. Alasan mereka: untuk menyelamatkan diri dari ancaman.
Tempat persembunyian mereka itu yang jadi masalah: di Sindh House. Itu mirip hotel bintang lima. Bagus. Mewah. Dengan halaman yang luas. Perbukitan di belakangnya. Secara hongsui itu membawa hoki: bersandar ke gunung, memandang ngarai yang luas.
Dari namanya saja Anda sudah tahu: ''hotel'' itu milik Pemda Provinsi Sindh. Itulah provinsi terpenting kedua di Pakistan. Pejabat-pejabat dari Sindh tinggal di situ –kalau lagi ada urusan di ibu kota Islamabad.
Pemda Sindh perlu membangun itu karena, sebagai IKN baru, kala itu, Islamabad dianggap belum punya hotel yang memadai.
Provinsi Sindh selalu dikuasai PPP –partainya keluarga Bhutto yang ikut menggulingkan Imran. Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto memang orang Sindh. Meninggal digantung. Benazir Bhutto, anaknya, yang juga pernah menjabat perdana menteri, meninggal ditembak.
Ketika itu Zardari Bhutto yang masih 17 tahun diangkat jadi ketua partai. Ia menggantikan Sang Ibu. Sampai sekarang. Kini Zardari umur 30 tahun. Jadi anggota DPR.