Soegito Sang Penjaga Gamelan di Canberra

Soegito Sang Penjaga Gamelan di Canberra
Soegito Sang Penjaga Gamelan di Canberra

Hari-hari Soegito dihabiskan untuk mengajarkan gamelan. Dia melakukan pekerjaannya sepenuh hati dan begitu menikmati aktifitas setiap harinya.

"Saya dipesani pemerintah untuk mengembangkan gamelan, ya walaupun hanya sekedar kecil, itu saya mempromosikan. Saya bergelud dengan kesenian itu sudah lama banget," kisahnya.

Lelaki asal Pedan, Klaten, Jawa Tengah itu mengaku tidak pernah belajar gamelan di institusi resmi. Dia mengenal gamelan sejak usia 13 tahun.

Soegito Sang Penjaga Gamelan di Canberra
Mbah Soegito saat melatih gamelan di Canberra. (Foto: Ikhwanul Khabibi)

Ayahnya yang dulu seorang lurah yang mengenalkan Soegito kecil dengan gamelan. Menurut Soegito, dahulu orang yang bisa main gamelan sangat dihargai para pemudi desa. Hal tersebut menjadi salah satu motivasinya.

"Saya ini hanya seniman desa, tidak belajar di sekolah. Ya hanya belajar di desa. Dulu ayah saya yang membuatkan gamelan dan menyuruh saya bermain. Sebelumnya saya bermain keroncong," urainya.

Puluhan tahun mengajar gamelan untuk warga Australia, Soegito mengaku sangat menikmati pekerjaannya. Dia sangat senang ketika para muridnya belajar gamelan dengan sepenuh hati. Tanpa bermaksud membandingkan, Soegito mengaku lebih enjoy mengajar warga Australia.

"Kalau warga Australia itu belajar disiplin dan sungguh-sungguh, mereka bekerja sepenuh hati," tegasnya.

Namun, tetap ada kekurangan dari warga Australia yang dirasakan Soegito saat bermain gamelan. Menurut Soegito, pemain gamelan dari Australia sangat sulit mendapatkan feeling. Padahal, bermain gamelan juga harus melibatkan rasa, bukan hanya bermain notasi dan memukul alat musik.

Saat pementasan wayang kulit di Canberra, ada satu sosok yang begitu mencolok di belakang panggung. Bukan sang dalang, namun sesosok lelaki berumur

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News