Soekarno Sebagai Patron Seni Jadi Topik Kuliah di Australia
jpnn.com, JAKARTA - Pada 1 September 2021, salah satu dosen yang juga menjabat sebagai Kaprodi S-1 Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta, Dr. Mikke Susanto diundang untuk memberi kuliah di Asia Institute, The Faculty Arts, Melbourne University Australia.
Dalam rilisnya yang diterima Kamis (25/8), Kaprodi S-1 Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta ini mengatakan undangan ini diinisiasi oleh Dr. Edwin Jurriens yang menjadi pengajar mata kuliah "Creative Industries in Indonesia" (Kode matakuliah INDO30002).
Ceramah ini secara khusus ditujukan untuk mahasiswa mata kuliah tersebut guna melihat perkembangan industri kreatif melalui kasus yang terjadi di Indonesia.
Mikke Susanto yang juga pengurus perhimpunan penulis Satupena ini mengatakan dalam kuliah terbatas untuk mahasiswa strata sarjana (undergraduate) dari 2 prodi ini dibahas mengenai hubungan Presiden Soekarno, sejarah sosial dan industri kreatif.
Banyak hal yang menarik untuk dikaji meskipun topiknya sangat khusus dan terpusat pada sosok presiden pertama Indonesia.
Materi tersebut mulai dari siapa Soekarno, koleksi-koleksinya, efek terhadap seni di masyarakat, hingga pengembangan ide pasca-koleksi. Sampai-sampai kreativitas publik pun jadi perhatian dalam materi yang disajikan oleh Mikke Susanto.
Kuliah akan disajikan dalam dwi bahasa ini juga membahas sejauh mana Soekarno sebagai patron seni.
Kehadirannya sebagai kolektor patron menjadi contoh hingga melahirkan berbagai catatan menarik. Selain sebagai politikus, pejuang, penulis, dan presiden, Soekarno selalu berpikir estetik.
Mikke Susanto diundang untuk memberi kuliah di Asia Institute, The Faculty Arts, Melbourne University Australia tentang Soekarno sebagai patron seni.
- Direksi ASABRI Mengajar Para Mahasiswa Magister Universitas Pertahanan
- Mahasiswa Minta Pemerintah Tegas Tindak Oknum Nakal Sesuai Putusan MK 136/2024
- Eramet & KBF Berikan Beasiswa untuk Mahasiswa Indonesia Timur, Ini Harapan Gubernur Sulut
- Sebanyak 96 Mahasiswa Presentasikan Hasil Riset di Knowledge Summit
- Glodok Chinatown: Simbol Keharmonisan dalam Komunikasi Antarbudaya
- Lewat Kegiatan Ini, Mahasiswa di Jatim Diajak Memahami Peran Penting Bea Cukai