Sok Herois Tapi Egois

Sok Herois Tapi Egois
Sok Herois Tapi Egois
Gejala itu diperkuat dengan tuduhan kelompok Bendera bahwa aliran dana itu mengalir ke Partai Demokrat, yang kemudian menuai pengaduan partai itu sebagai kasus pencemaran nama baik ke Polda Metrojaya. Ironisnya, kasus Century belum tuntas, sudah muncul kasus lain.

Saling berlomba menjadi “hero” dan berlomba pula “paling bersih” rasanya bisa membuat strategi untuk mencapai tujuan bersama menjadi terhalang. Tak berarti gairah beramai-ramai menjadi “penghalang” pula.

Ibarat sebuah kesebelasan sepak bola, kelihatan semua pemain berlomba hendak menjadi goal getter. Akibatnya, tak ada yang mau memberi umpan ala striker. Ujung-ujungnya bola tak kunjung gol, dan kesebelasan itu kalah dengan getir. Penonton pun masygul.

Jangan Monopoli

Dalam kisah klasik China pernah terjadi seorang musuh bersama tak kunjung mati terbunuh karena terlalu banyak pihak yang ingin membunuhnya. Saban ada yang hendak membunuhnya, ada saja yang menghalanginya. Rupanya setiap pendekar ingin merebut nama sebagai hero sehingga tujuan bersama tak tercapai.

ZAMAN Rambo sudah berlalu. Bruce Lee pun tinggal kenangan. Lagipula, manalah mungkin seorang diri belaka melawan dan menaklukkan musuh yang banyak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News