Solar, Curah

Oleh: Dahlan Iskan

Solar, Curah
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Rasanya sepanjang harganya masih lebih murah daripada premium, minyak curah masih akan tetap diminati. Sekaligus bisa dipakai mengecek apakah itu pertanda daya beli masyarakat menurun.

Selamanya harga minyak curah memang akan lebih murah. Biaya membuat minyak goreng curah memang lebih murah. Pengusaha menengah mampu membuat pabrik minyak goreng curah.

Ada satu proses yang tidak perlu dilakukan di produksi minyak curah: deodorisasi. Juga, tidak perlu ada investasi mesin pengemas. Pun, tidak membeli plastik kemasan yang mahal.

Bahan baku minyak premium dan minyak curah sama: sama-sama CPO. Yakni, minyak sawit dari hasil pemerasan buah sawit.

Warna cairan CPO itu masih oranye kecokelatan. CPO itulah yang dikirim ke pabrik minyak goreng. Untuk diproses sebanyak tiga tahap.

Pertama, dilakukan degumming –dibersihkan dari kotoran-kotoran yang karena begitu kecilnya sulit dibuang dengan saringan. Kedua, di-bleaching, dicuci. Ketiga, dideodorisasi –untuk membuat warna lebih cling dan aroma lebih gurih.

Minyak curah tidak perlu proses yang ketiga itu. Namun, tetap mengandung beta karoten yang bisa menjadi vitamin B, mengandung provitamin A dan provitamin C. Artinya, badan akan bisa mengolahnya menjadi vitamin A dan C.

Proses pertama dan kedua tetap dilakukan. Hanya saja, kadar kotorannya tidak sebersih premium. Kadar pencuciannya pun lebih rendah. Lalu, tadi itu, tanpa deodorisasi.

Contoh antrean solar yang membuat saya sulit tersenyum adalah yang di Surabaya ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News