Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)

Harus Berkali-kali Tes, Sekali Tes Rp 200 Juta

Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)
Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)
Hafnan berharap, melalui Dirjen Migas, solar hijau bisa mendapatkan spesifikasi khusus sebagai bahan bakar yang bisa dijual di pasaran. Tapi, untuk menuju ke sana, menurut Dirjen Migas Dr Ing Evita H. Legowo, harus melewati beberapa tahapan.

Sebagai tahap awal, bisa saja spesifikasi khusus itu diberikan, asal lebih dulu melewati tahap uji lain serta pemakaian terbatas. Misalnya, solar hijau itu digunakan di lingkungan industri tertentu, dengan catatan, pihak pemakai lebih dulu memberikan pernyataan bahwa mereka tidak keberatan menggunakan solar hijau dan siap dengan risiko yang terjadi.

Kepada Jawa Pos Jumat lalu (12/12) Evita mengatakan, pihaknya melalui Direktorat Hilir Migas hingga kini masih mempelajari temuan yang dipresentasikan Tim Solar Hijau tersebut.

Dia menambahkan, hingga kini pihaknya belum bisa menilai apakah teknologi solar hijau memang feasible dan layak dikembangkan secara komersial. ’’Masih dipelajari mendalam, tapi belum ada laporan akhirnya,’’ ujarnya.

Di bagian lain, formula solar hijau karya Hafnan itu juga ditanggapi beberapa ahli kimia. Salah satunya, Lisminto, ketua DPP Aprobi (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia). ”Yang perlu diperhatikan di sini adalah air itu bukan sumber energi. Jadi, jangan sekali-kali menganggap air bisa menggantikan fungsi bahan bakar,” kata alumni Teknik Kimia ITB angkatan 1977 itu.

Ada yang sangat yakin, solar hijau bisa menjadi bahan bakar alternatif yang lebih memiliki nilai ekonomis. Tapi, ada juga yang masih meragukan. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News