Solar Hijau, Bahan Bakar Alternatif Buatan Dr Hafnan setelah Penelitian Enam Tahun (2-Habis)
Harus Berkali-kali Tes, Sekali Tes Rp 200 Juta
Selasa, 16 Desember 2008 – 08:15 WIB
Lisminto mengaku sudah bertemu Hafnan dan berdiskusi panjang lebar seputar solar hijau. ”Terus terang, saya masih ragu dengan temuan Pak Hafnan,” kata peraih ASEAN engineering award ini. Solar hijau temuan Hafnan, lanjutnya, tidak bisa dimanfaatkan pada kondisi mesin diesel yang pembakarannya ideal. ”Solar hijau baru bisa digunakan jika pembakaran mesin tidak ideal,” tambahnya.
Lisminto lantas menerangkan, pada pembakaran ideal, dihasilkan CO2 + H2O. ”Pada kondisi ini, penambahan air (H2O) tidak akan berguna,” katanya.
Pada kondisi pembakaran tidak ideal, selain menghasilkan CO2 + H2O, juga menghasilkan CO + C. ”Pada kondisi seperti inilah, penambahan air dan zat aditif bisa berguna,” ujarnya. Yakni, menyempurnakan pembakaran. ”Penambahan air bisa mengubah CO + C menjadi CO2,” lanjutnya. ”Ini yang saya maksud, solar hijau hanya bisa digunakan untuk mesin yang sistem pembakarannya tidak ideal,” tandasnya.
Meski demikian, Lisminto mengaku sangat respek dengan hasil penelitian Hafnan. ”Saya menghargai penelitiannya,” lanjutnya.
Ada yang sangat yakin, solar hijau bisa menjadi bahan bakar alternatif yang lebih memiliki nilai ekonomis. Tapi, ada juga yang masih meragukan.
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408