Solusi Dana Cekak tapi Petualangan Liar Tetap Lancar

Solusi Dana Cekak tapi Petualangan Liar Tetap Lancar
PERSONAL: Sita (dua dari kiri) dan keluarga saat pendakian ke Gunung Gede bersama traveler yang menginap di rumahnya, Will dari Reunion Island. Foto: Sita for Jawa Pos

’’Pas menginap di Batu Karas, host saya mau jalan-jalan dengan tamu yang lain, lalu menawari saya dan suami untuk ikut. Kami jadi tahu pantai-pantai yang nggak umum di sana,’’ kenang penulis lepas 35 tahun tersebut.

Astri Abyanti, 34, memilih tinggal di rumah pribadi seseorang karena ingin merasakan kehidupan khas sehari-harinya. Saat tur ke Eropa, Astri nekat tidak memesan hotel, tapi memilih pesan di platform hosting online. ’’Selain kelebihan itu, asyiknya lagi harganya jadi miring. Secara di Eropa kan mahal. Dengan harga yang sama dengan bujet hotel, kita bisa sewa seluruh apartemen. Jadi, areanya gede,’’ ungkap Astri.

Astri singgah di empat negara waktu itu. Di tiga negara dia mendapat host yang tidak seatap, hanya satu yang seatap. ’’Untuk mencegah canggung, enaknya sih yang beda rumah. Itu pun kita selalu di-serve dengan baik, kok,’’ ungkapnya.

Saat tiba tengah malam dan hujan badai, otomatis mereka tidak bisa keluar untuk mencari makan. Ketika itu, host mereka sudah menyediakan aneka roti.

Dengan konsep tersebut, seorang traveler dituntut mandiri. Jika di hotel ada layanan angkat koper atau pesan makanan diantar ke kamar, tidak ada hal semacam itu di hosting house. Konsepnya memang tidak seperti itu.

’’Jadi, kalau berada di negara-negara yang penduduknya bisa berbahasa Inggris dan informasi diperoleh dengan mudah, nggak jadi masalah. Tapi, kalau kita blind banget sama negaranya seperti di Eropa Timur, mending jangan,’’ sarannya. (puz/c15/c17/dos)

 


TRAVELING dengan akomodasi menginap di rumah penduduk lokal memang sudah lama ada. Tetapi, bebas memilih sesuai dengan budget dan gaya hidup baru


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News