Sonata Berburu Kader Di Penjara

Sonata Berburu Kader Di Penjara
Sonata Berburu Kader Di Penjara
Namun, belum banyak informasi yang bisa dikorek dari Sonata. Bahkan, kata sumber itu, Sonata justru menantang Polri. "Ikhwan di luar akan menuntut balas atas syahidnya Abu Ayas," ujar sumber itu menirukan sesumbar Sonata. Abu Ayas adalah kunyah atau nama julukan Yuli Harsono di kelompoknya. Tapi, sesumbar itu tak membuat korps burung hantu gentar. Sebaliknya, mereka semakin yakin jaringan ini akan segera terbongkar habis. "Insya Allah ada perkembangan baik," katanya.

Abdullah Sonata adalah DPO polisi sebagai teroris residivis, lahir di kawasan Bambu Apus Jakarta Timur pada 4 Oktober 1978. Sonata menjadi terkenal dan disegani setelah menjadi pimpinan Lasykar Mujahidin, Komite Penanggulangan Krisis (KOMPAK)"saat konflik di Ambon pada tahun 1999.

Saat itu Sonata mempunyai sekitar 500 anggota. Dia mempunyai kemampuan melakukan penyabotan gudang senjata"Brimob di Ambon pada tahun 2000. Sonata juga memimpin kelompok Kayamanya dalam konflik di Poso. Setelah bom Bali-1 (2002), Sonata bertemu dengan Dulmatin dan Umar Patek di Jakarta. Sonata beserta Maulana (teroris yang tertembak di Cawang) juga termasuk yang membantu pembukaan kamp pelatihan Mindanao, Philipina dan juga menggorganisir pemasokan dana dari Timur Tengah. Sonata juga diketahui telah membangun kamp pelatihan Olas di Seram Barat.

Abdullah Sonata berhasil ditangkap pada 6 Juli 2005 dan pada Mei 2006 dalam sidang pengadilan oleh hakim dihukum tujuh tahun penjara namun mendapat pembebasan bersyarat dan bebas pada Maret 2009.

JAKARTA -- Teroris tak pernah kehabisan kader. Sebaliknya, ketika mereka dipenjara, justru muncul rekrutan-rekrutan baru. Teror yang berasal dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News