Soroti Politisasi Bansos, Neni Nur Hayati: Tak Beretika

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati mengatakan maraknya aksi politisasi bantuan sosial atau bansos oleh elite politik tidak memiliki etika.
“Terkait dengan etika, ya, ini merupakan kemunduran demokrasi dan menunjukkan politik tuna adab,” tegas Neni pada wartawan, Kamis (4/1/2024).
Menurut Neni, penyerahan bantuan ketika masa tahapan kampanye berlangsung ini rawan untuk kepentingan politik dan pemenangan kandidat.
Sekelompok orang mempergunakan Bansos sebagai ajang mendulang simpati dan suara di masa kampanye.
Padahal Bansos bukan ‘milik perorangan’, melainkan program pemerintah. Namun, bansos di-setting sedemikian rupa untuk kepentingan politik.
“Penerima bansos adalah mereka dengan jumlah KK dan pemilih basis yang sangat jelas dan diindikasi akan dimanfaatkan oleh peserta pemilu,” ungkap Neni.
Hal ini bukan kali pertama, Neni mengungkapkan pada tahun 2019 kasus program PKH (program keluarga harapan) juga dipolitisasi.
“Penyaluran bansos dilakukan dengan pembagian stiker dan bahan kampanye politik lainnya,” ujarnya.
Direktur Eksekutif DEEP Indonesia Neni Nur Hayati mengatakan maraknya aksi politisasi bansos oleh elite politik tidak beretika.
- Pram-Rano Cairkan Bansos Rp 900 Ribu untuk Penerima KLJ, KAJ, dan KPDJ
- Rano Sebut Bansos untuk Lansia-Disabilitas agar Tak Pinjam ke Bank Keliling
- Fajar Alfian Minta Maaf Atas Ucapannya kepada Simpatisan Anies
- Tebar Bansos, Aguan & Buddha Tzu Chi Perbaiki Ratusan Hunian Tak Layak di Jakarta
- Semarak Ramadan 2025, Petrokimia Gresik Tebar Bansos hingga Rp 682,5 Juta
- Genjot Upaya Kikis Kemiskinan di Jateng, Gubernur Luthfi Gelontorkan Bansos