Sosialisasi 4 Pilar MPR, Ansy Lema Ajak Mahasiswa Wujudkan Pancasila di Sektor Pertanian
jpnn.com, KUPANG - Sejak dicetuskan Bung Karno pada 1 Juni 1945, Pancasila telah menjadi pandangan hidup, falsafah dasar, dan pemersatu bangsa yang majemuk ini. Oleh karena itu, para mahasiswa sebagai generasi masa depan bangsa harus berada di garda terdepan mempertahankan Pancasila dari ancaman, sekaligus mewujudkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian penegasan anggota DPR/MPR RI asal NTT Yohanis Fransiskus Lema ketika berdiskusi dengan para mahasiswa Kampus Politani Negeri Kupang di Gedung Student Center, Lasiana, Kupang, Rabu (12/2/2020).
Kehadiran pria yang akrab dipanggil Ansy Lema di Politani dalam rangka kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI).
Politikus muda PDI Perjuangan tersebut mengingatkan bahaya radikalisme dan intoleransi terhadap keutuhan negara. Menurut Ansy, survei menunjukkan adanya perkembangan warga negara Indonesia yang terpapar radikalisme. Tidak hanya menyasar masyarakat bawah, agenda radikalisme juga telah bersarang di kalangan masyarakat terpelajar, termasuk dunia kampus.
“Radikalisme kini telah menyerang kaum terpelajar, termasuk dunia kampus. Survei Setara Institute tahun 2019 menemukan banyak dosen-mahasiswa 10 perguruan tinggi negeri terkemuka terpapar radikalisme. Survei UIN Jakarta menyebut 33 persen guru setuju diadakan perang untuk pendirian negara Islam. Bahkan, survei mencatat radikalisme dan penolakan kepada Pancasila beredar di kalangan PNS dan TNI, yakni 19,4 persen PNS (2017), dan 3 persen TNI (2019),” papar anggota Komisi IV DPR RI tersebut.
Oleh karena itu, mantan dosen ini mengajak para mahasiswa untuk menjaga Pancasila dari ancaman sekaligus mewujudkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi, penyebaran radikalisme cenderung lebih mudah menyasar para pemuda ataupun para pelajar.
“Ancaman radikalisme dan intoleransi kepada para pemuda atau pelajar itu nyata. Tahun 2019, jumlah pelajar yang setuju Jihad dan Negara Islam mencapai 23,4 %. Tahun yang sama, terdapat 21 % pelajar menilai Pancasila tidak lagi relevan. Apalagi, hampir mayoritas pelajar menggunakan internet atau media social. Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter memiliki algoritma yang dengan sengaja mengkategorisasi preferensi dan mengulanginya berulang-ulang. Potensi terpapar pun jadi lebih mudah jika tidak ada sikap selektif-kritis,” ujar Ansy.
Politikus muda PDI Perjuangan Ansy Lema mengingatkan bahaya radikalisme dan intoleransi terhadap keutuhan negara.
- Refleksi Akhir Tahun, BPIP Komitmen Jaga dan Kuatkan Pembinaan Ideologi Pancasila
- Di Silaknas ICMI, Muzani: Prabowo Ratusan Kali Ingatkan Bahaya Perpecahan Bagi Bangsa
- Waka MPR Ajak Komunitas Peduli Lingkungan Kolaborasi Atasi Perubahan Iklim
- Ibas: Toleransi, Kasih Sayang, dan Kesehjahteraan Bisa Tangkal Radikalisasi
- Lestari Moerdijat Harap Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Harus Segera Ditindaklanjuti
- Hadiri HUT ke-60 Golkar, Bamsoet Apresiasi Prabowo Dukung Perubahan Sistem Demokrasi