Sosiologi Ekonomi

Oleh: Dahlan Iskan

Sosiologi Ekonomi
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Saya didudukkan di sebelah Ganjar Pranowo kemarin. Di Malang. Di Universitas Brawijaya. Kami sama-sama menghadiri pengukuhan gelar doktor sosiologi ekonomi Arif Afandi.

Arif mengaku: saya adalah mantan bos-nya. Di Jawa Pos dulu.

Sosiologi Ekonomi

Baca Juga:

Dia juga mengaku: Ganjar adalah ketua umumnya --di Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Yogyakarta.

Dia memang pemimpin redaksi Jawa Pos selama lima tahun. Lalu menjadi wakil direktur.

Kariernya dimulai dari bawah: wartawan di lapangan. Sebagai wartawan dia telah mencapai puncak karier: menjadi pemimpin redaksi.

Baca Juga:

Waktu itu jabatan pemimpin redaksi sangat prestisius. Tidak sembarang wartawan bisa menjadi pemred. Tidak seperti sekarang. Semua orang bisa jadi pemred. Kalau tidak ada yang mau mengangkatnya, orang itu bisa mengangkat dirinya sendiri menjadi pemimpin redaksi.

Setelah Arif sampai puncak, saya pun harus mencarikan jalan keluar: what next. Masih agak panjang untuk bisa naik menjadi direktur, apalagi menjadi dirut.

Disertasinya mengenai swasembada gula. Yang menurut pemerintah akan tercapai di tahun 2028 –empat tahun lagi. Itu dicapai lewat restrukturisasi BUMN.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News