'Sosok Islami' Diperebutkan Jelang Pilpres 2019
Nyarwi Ahmad pun menyatakan hal senada, yakni pada intinya apa yang diinginkan oleh gerakan seperti PA 212 sebenarnya hanyalah untuk mengganti pemimpin yang kini sedang menjabat, yakni Presiden Joko Widodo.
Mengukur pengaruh 'kelompok Islam'
Sejumlah pengamat memiliki pandangan berbeda soal apakah kelompok Islam seperti PA 212 akan memberikan pengaruh pada pilihan warga, khususnya di kalangan Muslim.
Dr Muradi mengatakan PA 212 hanyalah sebagai bentuk dinamisme gerakan poitik dengan kepentingan jangka panjang, meski harapan mereka untuk memenangkan sejumlah Pilkada, seperti di Jawa Barat ternyata meleset.
"Jadi mereka berharap bisa mendapatkan momentum baru untuk memperkuat eksistensinya dengan membangun isu semangat populisme keagamaan tertentu," ujarnya.
Menurutnya momentum dalam dunia politik tidaklah datang berkali-kali, karenanya mereka lebih memilih untuk mengusulkan nama-nama calon presiden dan wakilnya yang kurang lebih sama populernya dengan Jokowi di komunitas-komunitas.
Photo: Ustadz Bernard Abdul Jabbar merasa aksi bela Islam telah menyatukan umat Muslim dari berbeda mahzab dan organisasi dalam sebuah gerakan. (AP: Tatan Syullfana)
Sementara Nyarwi mengatakan aspirasi PA 212 cukup "menentukan".
"Mereka potensial juga untuk jadi penentu dalam arti selisih partai politik untuk merebut suara di luar 'captive market' mereka," jelasnya.
- Ada Sejumlah Alasan Indonesia Menaikkan PPN, tetapi Apakah Sudah Tepat?
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata