Soto Ojolali Bandung yang Legendaris, Memikat Perut Artis hingga Pejabat

Soto Ojolali Bandung yang Legendaris, Memikat Perut Artis hingga Pejabat
Generasi keempat Soto Ojolali Bandung Agus Wardana. Foto: Nur Fidhiah Shabrina/JPNN.com

Semula, Karta dan Endi berjualan dengan cara berkeliling menggunakan gerobak pikul. Mereka kemudian menetap membuka lapak di sekitar jalan gubernuran (sekarang kawasan Jalan Stasiun Timur) dan Pasar Baru.

Penamaan ojolali pada makanan sotonya ini rupanya menyimpan banyak kisah romantisme. Kata Agus, dulu saat berjualan uyutnya memiliki kekasih asli tanah Jawa.

Namun, hubungan mereka tidak bertahan lama, karena pacarnya harus kembali ke tanah kelahirannya. Untuk mengenang mantan kekasihnya itu, sang uyut akhirnya memberi nama ‘Ojolali’ yang punya arti jangan lupa.

“Dulu disuruh keliling di sekitar Pasar Baru dan stasiun, mungkin ada pacar kakek dari orang Jawa disuruh pulang lagi ke daerah Jawa. Terus ada bahasa ‘ojo lali ya mas ora aku’ (jangan lupakan aku). Mungkin dari situ,” ungkapnya.

Soal rasa, Soto Ojolali beda seperti soto-soto pada umumnya. Soto dengan kuah bening ini dilengkapi kondimen seperti daging sapi, kacang tanah, dan lobak yang jadi ciri khasnya,

Disantapnya jangan lupa dengan seporsi nasi putih dan juga kerupuk.

“Soto Bandung khasnya kita pakai daging sapi has, terus pakai lobak sotonya, ada kacang kedelai, seledri, dan bawang goreng,” tuturnya.

Rasa soto yang dibanderol harga Rp41 ribu per porsi ini cenderung gurih. Konsumen bisa menambahkan sambal pada kuah untuk memperkaya rasa.

Keotentikan soto tidak hanya milik Kota Yogyakarta saja. Makanan berkuah itu juga tersebar di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya Kota Bandung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News