Sri Mulyani Beberkan Kemungkinan Terburuk Kenaikan Harga Pangan Dunia
Sri Mulyani mengungkapkan Covid-19 yang belum terselesaikan serta perang di Ukraina kemungkinan akan memperburuk kerawanan pangan akut pada 2022 yang sudah parah.
Selain itu, krisis pupuk yang mengancam juga berpotensi memperburuk dan memperpanjang krisis pangan, bahkan hingga 2023 dan seterusnya.
"Ada urgensi di mana krisis pangan harus ditangani," kata perempuan kelahiran Bandarlampung itu.
Bendahara Negara mengingatkan agar pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas finansial dan sosial.
Hal ini nyata dan mendesak, terutama bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang.
"Kebijakan ekonomi makro yang baik dipandang masih perlu untuk dipertahankan," ucap Sri Mulyani.
Salah satu perempuan berpengaruh versi Forbes itu menyebutkan G20 membahas ketahanan pangan dan krisis pangan, namun, itu bukanlah hal baru.
Selama diskusi di Presidensi Indonesia, para anggota G20, telah mengidentifikasi kebutuhan mendesak untuk G20, serta mengambil langkah nyata dan kerja sama dengan organisasi internasional untuk mengatasi ketahanan pangan, terutama untuk negara yang membutuhkan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan potensi kenaikan harga pangan global menuju akhir 2022.
- Seusai Minyak Goreng, Harga Cabai Rawit hingga Bawang Merah Naik
- Menkeu Bilang Tugas Guru Sangat Berat, Mendikdasmen Bicara Sertifikasi PNS, PPPK, Honorer
- Sri Mulyani: Setiap Guru adalah Pahlawan yang Berkontribusi Besar bagi Kemajuan Indonesia
- Saham TLKM Anjlok, Telkom Butuh Penyegaran & Strategi Baru
- Pakar Apresiasi Andi Sudirman yang Berhasil Tangani 500 Kilometer Jalan di Sulsel
- Pertamina Eco RunFest 2024 Beri Dampak Positif, Mulai Lingkungan hingga Ekonomi