Sri Pantau Kasus Anas, Bero Ngefans Jokowi
Sabtu, 09 Maret 2013 – 06:55 WIB

Guyub Rukun: Wartawan Jawa Pos Ridlwan Habib (paling kiri) bersama masyarakat Jawa di kampung Taman CL, Lahad Datu, Sabah. Urut dari kiri Suraji, Alia anak Suraji, Sri Endang, Adib, Setia Utama, Thohir, Edi, dan Bero. foto Jawa Pos photo.
Selain pedagang bakso atau penjual martabak, ada juga orang Jawa di kampung itu yang menjadi buruh ladang sawit. "Tapi, jumlahnya tidak banyak. Sebab, biasanya yang banyak bekerja di ladang sawit adalah orang Bugis. Yang di Felda itu juga dari Bugis," jelas Thohir, teman Utomo.
Sejak kondisi Lahad Datu memburuk, menyusul invasi prajurit Kesultanan Sulu, Filipina Selatan, Utomo dan warga Kampung Taman CL mengaku harus sangat berhati-hati untuk beraktivitas. Saat situasi mencekam, mereka tak berani keluar dari rumah untuk berdagang. Mereka khawatir jadi korban perseteruan dua pihak (Kerajaan Sabah dan Kesultanan Sulu).
"Memang ada juga keluarga dari Indonesia yang cemas. Telepon, tanya kabar kami. Malah ada yang minta kami pulang saja ke Indonesia atau ke Tarakan dulu," imbuh Sri.
Namun, mereka mengaku tetap merasa aman di Lahad Datu. "Apalagi, polis (polisi) di Sabah baik-baik. Banyak juga yang keturunan Jawa dari kakek-nenek buyutnya zaman dulu," ujarnya.
PERANTAU dari Jawa di Lahad Datu, Sabah, Malaysia, tetap mempertahankan budaya dan tradisi. Prinsip mangan ora mangan ngumpul masih dipegang teguh.
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu