Sri Pantau Kasus Anas, Bero Ngefans Jokowi

Sri Pantau Kasus Anas, Bero Ngefans Jokowi
Guyub Rukun: Wartawan Jawa Pos Ridlwan Habib (paling kiri) bersama masyarakat Jawa di kampung Taman CL, Lahad Datu, Sabah. Urut dari kiri Suraji, Alia anak Suraji, Sri Endang, Adib, Setia Utama, Thohir, Edi, dan Bero. foto Jawa Pos photo.
Jika ada orang Jawa yang tak punya permit atau lisen (izin tinggal sementara) dan tertangkap razia polisi, mereka biasanya dibantu polis keturunan Jawa. "Malah sering kami dibocori dulu kalau mau ada razia. Jadi, yang tidak punya izin (tinggal sementara) ya menghindar dulu," ungkap dia.

Adib menceritakan, suatu ketika temannya "juga orang Jawa" terjaring razia polisi di jalanan. Namun, ketika mengaku dari Jawa, dia langsung dilepas. "Kuncinya bilang dari Jawa, loloslah," ujar dia sambil tersenyum.

Polisi Sabah pada umumnya hormat kepada masyarakat Jawa. Selain faktor leluhur, di Lahad Datu sangat jarang terjadi tindak kriminal yang dilakukan orang Jawa. "Tidak pernah ada yang mencuri, meragut (menjambret), atau membunuh. Jadi, kami dianggap patuh pada hukum," terang Utomo.

Meski jauh dari tanah air, warga kampung Jawa itu mengaku tetap memonitor perkembangan situasi di Indonesia. Ada rutinitas yang mereka lakoni hampir tiap petang. Yakni, nonton berita di televisi bareng-bareng. Karena itu, Sri cukup paham perkembangan kasus korupsi maupun hiruk pikuk politik di Jakarta.

PERANTAU dari Jawa di Lahad Datu, Sabah, Malaysia, tetap mempertahankan budaya dan tradisi. Prinsip mangan ora mangan ngumpul masih dipegang teguh.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News