Srikandi, Sesepuh Komunitas Pasangan Kawin Campur di Indonesia
Dorong Perempuan Tak Kehilangan Jati Diri, Jaga Rumah Tangga Tetap Awet
Senin, 14 Januari 2013 – 07:46 WIB

Ries Woodhouse (kanan) dan Ida Friggeri. FOTO : PRIYO HANDOKO/JAWA POS
Setahun sebelum disahkannya RUU Kewarganegaraan, berdiri organisasi Keluarga Perkawinan Campuran Melalui Tangan Ibu (KPC Melati) yang langsung menyatakan berafiliasi dengan APAB.
Tapi, KPC Melati lebih fokus memperjuangkan status dwi kewarganegaraan. Pada 2008, muncul lagi organisasi Masyarakat Perkawinan Campuran Indonesia (Perca). Para anggota KPC Melati dan Perca umumnya merepresentasikan golongan muda, sekitar 30-an atau 40-an tahun. "Cikal bakal semua organisasi itu digerakkan Srikandi. Kami ini ibaratnya god mother," canda Ida Friggeri yang langsung disambut anggukan kompak Ries.
Ries menceritakan, dirinya sering dihubungi perempuan yang bercita-cita menikah dengan pria asing. Para perempuan itu, kata Ries, bertanya bagaimana mendapatkan pria asing. Pertanyaan yang membuatnya terkesan menjadi "biro jodoh" seperti itu tentu sulit untuk dijawab. Selain motif antar-perempuan tidak sama, Ries percaya proses itu seharusnya berjalan alamiah. "Minat kawin campur ini sangat menarik. Tidak semua hanya jatuh cinta. Di luar itu, ada motivasi ekonomi atau kepuasan pribadi," kata Ries.
Perempuan yang tengah jatuh cinta dengan pria asing sekalipun disarankan untuk benar-benar menyelidiki profil calon suaminya. Mulai latar belakang kehidupan, masa kecil, pendidikan, dan keluarga.
TREN kawin campur antara warga Indonesia dengan orang asing. Untuk mewadahi pasangan gado-gado itu, saat ini terdapat sejumlah komunitas. Di antaranya,
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu