Srikandi, Sesepuh Komunitas Pasangan Kawin Campur di Indonesia
Dorong Perempuan Tak Kehilangan Jati Diri, Jaga Rumah Tangga Tetap Awet
Senin, 14 Januari 2013 – 07:46 WIB
Tempat tugas suami yang terakhir sebelum pensiun adalah Jenewa. Mereka tinggal di sana mulai 2000. Pada 2004, mereka balik lagi ke Jakarta. "Menikah sama orang asing itu harus siap mental. Jangan menginginkan suami ikut kita atau istri ikut kita sepenuhnya. Kita harus siap ketemu di tengah-tengah," tutur Ries.
Dia mencontohkan, meskipun suaminya masuk Islam, tradisi Christmas tetap tidak bisa hilang. Jadi setiap tahun, mereka masih merayakannya walau sebatas memanggang kalkun dan makan bersama. "Kenang-kenang saja, tidak dari aspek agama," katanya. Saat ini, tak kurang dari 400-an perempuan kawin campur tercatat menjadi anggota Srikandi.
Ida Friggeri menuturkan banyak pasangan kawin campur gagal membina kelanggengan keluarga karena tidak siap mental. Bagi pasangan yang menjalin asmara di Indonesia biasanya segala sesuatu terasa serba manis di awalnya. "Maklum di kampung sendiri. Orang asing harus ikut adat istiadat setempat," terang perempuan kelahiran Jakarta, 10 Februari 1955, itu.
Begitu diboyong ke kampong suami di negara asing dengan perbedaan tradisi dan budaya yang tajam, segalanya berubah. Situasinya semakin parah kalau si perempuan ternyata tidak mampu berbahasa lokal secara baik. "Di sini ngomong gado-gado masih bisa. Kalau sudah di sana bagaimana" Makanya banyak terjadi masalah," katanya.
TREN kawin campur antara warga Indonesia dengan orang asing. Untuk mewadahi pasangan gado-gado itu, saat ini terdapat sejumlah komunitas. Di antaranya,
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408