SSJ 100 Bisa Senasib Tu-144, Ditarik dari Pasar
Sabtu, 12 Mei 2012 – 07:31 WIB
"Ada kawasan gunung yang tak mudah dilalui di Jawa. Jadi, Anda harus benar-benar secara detail merencanakan tiap jengkal yang akan dilewati pesawat," kata Tolboyev kepada Radio Kommersant kemarin.
Namun, tudingan Tolboyev itu langsung dibantah Sukhoi, pabrikan pesawat Rusia yang memegang saham terbesar dalam perusahaan joint venture yang memproduksi SSJ 100. "Perencanaan terbang dilakukan sesuai dengan prosedur dan pesawat juga dalam kondisi yang prima," bunyi rilis resmi Sukhoi seperti dikutip Moscow Times.
Wajar kalau Kremlin (pusat pemerintahan Rusia) mati-matian membela SSJ 100. Sebab, inilah pesawat komersial pertama yang mereka produksi "meski dengan menggandeng beberapa partner dari Barat" sejak bubarnya Uni Soviet.
Rusia berambisi menjadikan SSJ 100 sebagai pengganti dua pesawat komersial mereka yang dinilai sudah usang, Tu-134 dan Yak-42. SSJ 100 juga diplot merebut pasar dua pesawat sekelas, Embraer E-Jets produksi Brazil dan Bombardier CRJ milik Kanada. Kelebihan SSJ, harganya lebih murah, sekitar USD 30 juta (Rp 270 miliar) per unit.