Starbuck Sunyi
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - Saya mendadak injak rem. Setelah dua jam mengemudi di pegunungan tinggi yang sangat sepi.
Ada papan nama kecil yang tiba-tiba mencuri mata saya: Welcome to Starbuck. Kota kecil ini jauh dari mana-mana.
Desa terdekatnya saja 50 km dari sini. Sekitarnya hanya gunung dan gunung. Hanya kadang ada sungai jernih meliuk jauh di bawah sana.
Saya tidak pernah mendengar Starbucks Coffee lahir dari kota kecil ini. Atau asal kopinya dari sini. Atau pendirinya kelahiran kota ini.
Saya pun belok ke jalan masuk Kota Starbuck. Sepi. Sunyi. Ingin tahu apa hubungan kota ini dengan Starbucks Coffee. Tidak terlihat ada manusia.
Saya coba saja masuk ke pekarangan sebuah rumah. Khas pedesaan Amerika: ada rumah tinggal dan ada dua bangunan terpisah. Salah satunya untuk gudang.
Juga tidak ada orang.
"Any body home?" teriak saya di depan terasnya.